KUPANG, KOMPAS.com - Sebanyak 11 dari 86 bahasa daerah yang tersebar di 21 Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), terancam punah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Linus Lusi, mengatakan, terancam punahnya 11 bahasa daerah itu karena jarang digunakan.
"Bahasa daerah yang terancam punah itu berada di Kabupaten Alor," ungkap Linus, kepada Kompas.com, Jumat (7/10/2022) malam.
Baca juga: Tangis Gubernur Viktor Laiskodat Saat Serahkan Jenazah Sekda NTT kepada Bupati Sumba Timur
Menurut Linus, data itu diperoleh berdasarkan penelitian oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Dia memerinci, 11 bahasa itu yakni Bahasa Kui, Bahasa Pupunawala, Bahasa Bulman, Bahasa Wesing, Bahasa Sawila, Bahasa Lona, Bahasa Bunawal, Bahasa Alurung, Bahasa Adang, Bahasa Klon dan Bahasa Panea.
"11 bahasa daerah yang hampir punah itu, jumlah penuturnya sedikit. Bahkan ada satu bahasa, yang penuturnya tersisa satu orang saja. Itu pun usianya sudah tua," kata Linus.
Dia menjelaskan, menurutnya jumlah penutur suatu bahasa daerah, lantaran perkawinan antarsuku dan banyaknya pendatang di suatu daerah.
Baca juga: Operasi Pengecekan Kapal-kapal Ikan di Flores Timur, Ini Temuan DKP NTT
Untuk itu, pihaknya akan melakukan berbagai penelitian dan kajian untuk mendukung upaya pelestarian bahasa daerah.
"Kita sudah mengkaji 43 bahasa daerah dan meneliti penggunaan 58 bahasa daerah yang lain di wilayah NTT," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.