Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petualangan Pemimpin PKI Semaoen Ketika Himpun Massa di Kota Semarang

Kompas.com - 29/09/2022, 13:13 WIB
Muchamad Dafi Yusuf,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Kebesaran Semaoen yang dikenal sebagai tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) tak bisa dilepaskan dari Kota Semarang.

Sebuah daerah yang dijuluki sebagai Kota Atlas itu menjadi tempat Semaoen menggalang massa. Pada 1916 Semaun memulai petualangannya di Kota Semarang.

Sebelum menjadi ketua PKI di Kota Semarang, dia lebih dulu menjadi pemimpin redaksi berbahasa Melayu yang merupakan media Sarekat Islam atau SI.

Baca juga: Pembantaian PKI di Bali

Media yang dipimpin Semaoen sebagai pemimpin redaksi diisi dengan beberapa tokoh yang cukup terkenal, seperti Mas Macro Kartodikromo dan Darsono.

"Media tersebut bernama Sinar Djawa yang kelak berubah nama menjadi Sinar Hindia," jelas Sejarawan Universitas Negeri Semarang (Unnes) Tsabit Azinar Ahmad kepada Kompas.com, Kamis (29/9/2022).

Selain aktif menulis, Semaoen juga terlibat aksi mogok kerja para buruh kepada Pemerintah Hindia-Belanda.

Hal itulah yang membuat SI di Kota Semarang mempunyai basis massa yang besar. Hal itu membuat Kongres SI Semarang tahun 1917 memilih Semaoen menjadi ketua SI Semarang.

"Pada tahun 1919 Semaun berhasil meningkatkan jumlah anggota SI Semarang," ujarnya.

Tak berselang lama, pada 1920 Semaoen terpilih menjadi Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) pertama. Sebelum menjadi ketua Partai PKI, dia juga kerapkali bersinggungan dengan SI pusat.

Baca juga: Mengapa Hoaks dan Isu PKI Masih Laku untuk Propaganda Politik?

SI Putih Vs SI Merah

Semaoen ketika menjadi ketua SI Semarang mulai menanamkan gerakan propaganda sosialis revolusioner. Hal itu membuatnya kerap bersinggungan dengan SI pusat.

Sebuah jurnal berjudul Muncul dan Pecahnya Sarekat Islam di Semarang 1913-1920 yang ditulis Endang Muryanti menyebut, Semaoen mempunyai pandangan berbeda terkait dewan perwakilan rakyat atau Volkstraad.

Saat itu, SI pusat menginginkan adanya dewan perwakilan rakyat (Volksaraad). Namun SI Semarang khususnya Semaoen yang beraliran radikal tidak senang dengan keputusan tersebut.

Menurut Semaoen, adanya Volkstraad sama saja dengan bekerja sama dengan Pemerintah Kolonial Belanda yang dia anggap sebagai penjajah.

Dalam Kongres Nasional Sarekat Islam ketiga di Surabaya pada 29 September–6 Oktober 1918, pengaruh Semaoen semakin luas.

"Semaoen mulai mengoordinir kaum buruh dan tani melalui sentral Sarekat Pekerja," jelasnya.

Baca juga: Deretan Pahlawan Revolusi yang Gugur Saat Pemberontakan G30S PKI

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Sebelum Mutilasi Istrinya, Tarsum Sempat Titipkan Anak dan Ingin Merantau ke Kalimantan

Sebelum Mutilasi Istrinya, Tarsum Sempat Titipkan Anak dan Ingin Merantau ke Kalimantan

Regional
Banjir di Sulsel Tewaskan Belasan Orang, Mitigasi Risiko Dipertanyakan

Banjir di Sulsel Tewaskan Belasan Orang, Mitigasi Risiko Dipertanyakan

Regional
Viral, Video Polisi Razia Kosmetik di Sekolah, Polda Lampung Sebut Misinformasi

Viral, Video Polisi Razia Kosmetik di Sekolah, Polda Lampung Sebut Misinformasi

Regional
Seorang Pria Hilang Diterkam Buaya di Sungai Bele NTT, Tim SAR Lakukan Pencarian

Seorang Pria Hilang Diterkam Buaya di Sungai Bele NTT, Tim SAR Lakukan Pencarian

Regional
Terdampak Kasus Timah, 2 Pabrik Sawit di Babel Berhenti Operasional

Terdampak Kasus Timah, 2 Pabrik Sawit di Babel Berhenti Operasional

Regional
Warga Aceh Utara Diduga Tewas Dianiaya Polisi, Wakapolres: Tidak Ada Pemukulan

Warga Aceh Utara Diduga Tewas Dianiaya Polisi, Wakapolres: Tidak Ada Pemukulan

Regional
Kasus Pembunuhan di Sukabumi, Pelaku Mengaku Membela Diri karena Dipaksa Berhubungan Badan

Kasus Pembunuhan di Sukabumi, Pelaku Mengaku Membela Diri karena Dipaksa Berhubungan Badan

Regional
Bandara Sam Ratulangi Kembali Dibuka, 25 Pesawat Dijadwalkan Terbang Hari Ini

Bandara Sam Ratulangi Kembali Dibuka, 25 Pesawat Dijadwalkan Terbang Hari Ini

Regional
Tertimpa Tembok Roboh, Kakak Beradik di Ende Tewas

Tertimpa Tembok Roboh, Kakak Beradik di Ende Tewas

Regional
Hadir dengan Tema Niscala, Semarang Night Carnival 2024 Tampilkan 4 Unsur Budaya

Hadir dengan Tema Niscala, Semarang Night Carnival 2024 Tampilkan 4 Unsur Budaya

Regional
Meriahnya 'Semarang Night Carnival', Pamerkan Empat Unsur Budaya di Kota Lumpia

Meriahnya "Semarang Night Carnival", Pamerkan Empat Unsur Budaya di Kota Lumpia

Regional
Pengakuan Ibu Potong Tangan Anaknya di Kupang, Merasa Kerasukan Lalu Ambil Pisau

Pengakuan Ibu Potong Tangan Anaknya di Kupang, Merasa Kerasukan Lalu Ambil Pisau

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com