Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Es di Batam, Begini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 30/03/2022, 15:51 WIB
Hadi Maulana,
Khairina

Tim Redaksi

BATAM, KOMPAS.com – Masyarakat Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Selasa (29/3/2022) petang mendadak heboh, pasalnya tiba-tiba saja sebagian kota Batam diguyur hujan es.

Bahkan dari kejadian ini tidak sedikit kendaraan yang mendadak menghentikan jalannya karena khawatir fenomena yang terjadi tersebut.

“Lumayan besar kerikil esnya, kena kepala sakit juga,” kata Omar warga Sagulung, Selasa (29/3/2022).

Baca juga: 7 Kecamatan di Kabupaten Magelang Terdampak Hujan Es dan Angin Kencang

Hal senada juga diungkapkan Navid yang mengaku terganggu akibat hujan es ini, sebab membuat atap rumahnya menjadi berisik akibat benturan kerikil es tersebut.

“Keras kali suaranya, atap saya sampai penyok,” terang Navid warga Sagulung.

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Hang Nadim Batam, Suratman membenarkan fenomena hujan es tersebut.

Ia mengatakan, salah satu pemicu kuat terjadinya hujan es dikarenakan adanya gumpalan awan kumulonimbus yang sangat besar dan padat.

"Awan ini muncul karena adanya tekanan panas yang sangat tinggi menyebabkan awan kumulonimbus menggumpal sangat besar, awan inilah yang menurunkan kerikil es," kata Suratman melalui telepon, Rabu (30/3/2022).

Baca juga: Kesaksian Warga Saat Terjadi Fenomena Hujan Es di Magelang dan Sleman

Lebih jauh Suratman mengatakan, awan kumulonimbus memiliki bentuk yang berlapis-lapis seperti bunga kol.

Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi, yang akan cepat berubah warna menjadi abu - abu atau hitam.

Pergerakan massa udara naik yang cukup kuat dapat membawa uap air naik hingga mencapai ketinggian dimana suhu udara menjadi sangat dingin hingga uap air membeku menjadi partikel es.

"Pada awan kumulonimbus ada beberapa proses pembentukan dan pertumbuhan, seperti adanya proses pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat," terang Suratman.

Awan kumulonimbus adalah sebuah awan vertikal menjulang yang sangat tinggi, padat dan terlibat dalam badai petir dan cuaca dingin lainnya.

“Awan ini terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer, jika terjadi hujan es seperti ini, diharapkan anak-anak untuk tidak main hujan, karena kerikil es nya cukup perih jika terkena kebadan, apalagi kepala,” jelas Suratman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diduga Selewengkan Dana Bantuan Parpol Rp 89 Juta, Ini Kata PSI Solo

Diduga Selewengkan Dana Bantuan Parpol Rp 89 Juta, Ini Kata PSI Solo

Regional
Kakek di Kalsel Cabuli Cucunya, Tepergok Ibu Korban dan Langsung Diusir

Kakek di Kalsel Cabuli Cucunya, Tepergok Ibu Korban dan Langsung Diusir

Regional
Pj Gubernur Sulsel Paparkan Strategi Tingkatkan Ketahanan Pangan dan Peran Penting TNI di Dalamnya

Pj Gubernur Sulsel Paparkan Strategi Tingkatkan Ketahanan Pangan dan Peran Penting TNI di Dalamnya

Kilas Daerah
Pria di Maluku Tengah Perkosa Anak Kandung hingga Hamil

Pria di Maluku Tengah Perkosa Anak Kandung hingga Hamil

Regional
Solihin Warga Garut Mengaku Tak Bisa Tidur Selama 4 Tahun, Tabungan dan Sawah Habis untuk Berobat

Solihin Warga Garut Mengaku Tak Bisa Tidur Selama 4 Tahun, Tabungan dan Sawah Habis untuk Berobat

Regional
Demokrat Resmi Usung Bos PSIS Maju di Pilkada Semarang 2024

Demokrat Resmi Usung Bos PSIS Maju di Pilkada Semarang 2024

Regional
Ditemukan Tergantung, Pegawai Koperasi di Lombok Ternyata Dibunuh Pimpinan

Ditemukan Tergantung, Pegawai Koperasi di Lombok Ternyata Dibunuh Pimpinan

Regional
Pengangguran di Banyumas Capai 58.000 Orang, Didominasi Gen Z

Pengangguran di Banyumas Capai 58.000 Orang, Didominasi Gen Z

Regional
Retribusi Naik 3 Kali Lipat, Pedagang Pasar Wage Purwokerto Protes

Retribusi Naik 3 Kali Lipat, Pedagang Pasar Wage Purwokerto Protes

Regional
Warga Desa di Maluku Tengah Serahkan Senjata Api ke Anggota TNI

Warga Desa di Maluku Tengah Serahkan Senjata Api ke Anggota TNI

Regional
Selundupkan Obat Terlarang Dalam Perut Ikan ke Lapas Brebes, Pemuda Asal Pekalongan Ditangkap

Selundupkan Obat Terlarang Dalam Perut Ikan ke Lapas Brebes, Pemuda Asal Pekalongan Ditangkap

Regional
Begini Kondisi 9 Penumpang Rombongan Pengantar Jemaah Haji Asal Demak yang Terlibat Kecelakaan di Tol Semarang-Solo

Begini Kondisi 9 Penumpang Rombongan Pengantar Jemaah Haji Asal Demak yang Terlibat Kecelakaan di Tol Semarang-Solo

Regional
Pembuang Bayi di Toko Laundry Semarang Ditangkap, Ternyata Seorang Pemandu Karaoke

Pembuang Bayi di Toko Laundry Semarang Ditangkap, Ternyata Seorang Pemandu Karaoke

Regional
Penganiaya Santriwati di Inhil Ditangkap, Korban Dipukuli karena Melawan Saat Ingin Diperkosa

Penganiaya Santriwati di Inhil Ditangkap, Korban Dipukuli karena Melawan Saat Ingin Diperkosa

Regional
Ikuti SE Kemendagri, Pemkab Blora Batalkan Pelantikan 22 Pejabat

Ikuti SE Kemendagri, Pemkab Blora Batalkan Pelantikan 22 Pejabat

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com