MEDAN, KOMPAS.com - Suhu udara di Medan, Kamis 26 Agustus 2021 cukup panas. Padahal sehari sebelumnya, hujan turun cukup deras.
Sesekali, Gemiati menyeka keringat dari wajahnya. Masker berwarna coklat yang dipakainya juga mulai basah oleh keringat.
"Saya baru pulang dari BRI," kata perempuan paruh baya ini mengawali cerita.
Dia dan tim kuasa hukumnya memang baru pulang dari Kantor BRI di kawasan Marindal.
Mereka ke sana untuk menanyakan nasib saldo bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) yang tak kunjung diterima Gemiati.
Gemiati bercerita, awalnya dia masuk dalam daftar penerima manfaat PKH pada 2017 lalu. Beberapa tetangganya juga dapat manfaat yang sama.
Oleh pendamping PKH, masing-masing dari mereka dikantongi buku rekening dan kartu ATM yang akan digunakan untuk mencairkan bantuan tersebut.
Baca juga: Kisah Nasir, 10 Tahun Tinggal di Rumah Papan Berdinding Kulit Kayu, Akhirnya Direnovasi Kapolres
Bantuan yang diterima bisa berupa beras, telur, uang tunai atau bahan pokok lainnya.
Pernah beberapa kali dia dan beberapa warga penerima manfaat dipanggil untuk mengambil bantuan dari Kementerian Sosial itu.
"Tapi pas mau ambil, justru enggak dapat. Nama saya ada. Tapi enggak dapat bantuan," kata Gemiati.
Kondisi itu sudah berlangsung sejak 2017 silam. Sejak pertama dia masuk dalam daftar penerima PKH, tak sekali pun dia merasakan manfaatnya.
Gemiati bahkan mengaku sedih tatkala melihat tetangganya atau warga lain pulang membawa hasil bantuan.
Dia pulang dengan tangan hampa. Kartu penerima PKH yang digeseknya, dibilang kosong.
Padahal, bantuan seperti itu sangat dibutuhkan Gemiati dalam menyambung hidup.