KOMPAS.com - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) berencana mendirikan museum aksara di Bandung, agar memberikan ruang bagi masyarakat Indonesia mendalami makna aksara nusantara.
Wakil ketua Pandi Bidang Pengembangan Usaha, Kerjasama, dan Marketing Heru Nugroho mengatakan, upaya pembangunan museum ini menjadi pendamping upaya digitalisasi aksara nusantara yang digarap Pandi dan komunitas dengan dukungan pemerintah daerah.
"Diharapkan nantinya museum ini akan memberikan banyak informasi perkembangan aksara-aksara di nusantara, termasuk artefak-artefak yang digunakan dari zaman ke zaman," kata Heru melalui rilis ke Kompas.com, Selasa (27/4/2021).
Rencananya, musem ini akan didirikan di Bandung. Hal ini sejalan dengan komitmen Gubernur Jabar Ridwan Kamil untuk mengawal aksara nusantara, terutama aksara Sunda, agar tidak tergeser bahasa asing.
Baca juga: Didesain Ridwan Kamil, Geo Theater Rancakalong Jadi Pusat Seni Budaya Sunda di Jabar
Filolog Indonesia, Manu J. Widyaseputra atau Romo Manu memberikan dukungan upaya Pandi ini. Menurut dia, potensi kekayaan alami yang terkandung dalam budaya aksara dan Bahasa nusantara tidak terpelihara dengan baik dan di manfaatkan semaksimal mungkin di Indonesia.
Akibatnya, banyak orang Indonesia tidak tahu peradabannya sendiri. "Padahal, sumber-sumber peradaban tersebut tertuang dalam naskah-naskah yang menggunakan bahasa daerah, yang mungkin oleh sebagian orang dipandang primitif," katanya.
Dia menambahkan, kondisi bahasa Indonesia yang “miskin” perbendaharaan kata berdampak pada hasil penerjemahan naskah kuno yang seakan-akan menjadi bahasa “rusak”.
Baca juga: DPR RI Soroti Penolakan Digitalisasi Aksara Jawa oleh Lembaga Internet Dunia
Romo Manu memberi contoh beberapa buku hasil terjemahan naskah kuno ke dalam bahasa Indonesia, makna keberadabannya seakan-akan jadi hilang. Mirisnya justru terjemahan dalam bahasa Inggris masih lebih baik.
"Naskah-naskah yang ditulis menggunakan Jawa Kuno mengandung banyak sekali informasi, termasuk bidang-bidang teknologi. Kalau kita tidak paham bahasa Sanskerta, tidak paham bahasa Jawa Kuno, jangan harap menemukan makna. Data (tentang naskah) banyak sekali, tapi perhatiannya yang kurang,” pungkas Romo Manu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.