KOMPAS.com - Kebutuhan global akan energi akan terus meningkat, sehingga produksi, pengelolaan hingga penemuan sumur minyak dan gas baru jadi penting saat ini. Demikian juga dengan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT).
Untuk itu, perlu didorong manajemen pengetahuan dan talenta di bidang industri minyak dan gas (migas) dan juga EBT sebagai aset intelektual di Indonesia.
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) dalam konferensi internasional dengan tajuk mengenai produksi migas dan transisi energi, berupaya mendorong keterlibatan diaspora migas Indonesia untuk turut serta mengembangkan SDM bidang migas dan EBT.
Juga, mendorong perguruan-perguruan tinggi Indonesia untuk memperkaya kurikulum dengan topik migas dan EBT. Misal, topik teknologi pengelolaan sumur migas tua seperti Enhanced Oil Recovery (EOR).
Baca juga: Kang Emil Paparkan Aspirasi Terkait RUU EBT, Berikut 2 Poin Pentingnya
"Juga, teknologi terkait pengembangan potensi panas bumi, teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) dan juga hal terkait migas non-konvensional," kata Ketua Pelaksana Konferensi Internasional IATMI Henricus Herwin, melalui rilis ke Kompas.com.
Dengan demikian, target produksi 1 juta barel minyak pada 2030 tercapai, demikian juga target 23 persen EBT di bauran energi nasional pada 2025.
“Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat namun di saat bersamaan Indonesia juga harus menangani beragam isu lingkungan seperti mengurangi tingkat emisi karbon,” lanjut Herincus.
Senada, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang juga Ketua Umum Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) mengatakan, peningkatan SDM migas dan EBT masuk dalam agendanya.
"SDM di daerah sedang kita tingkatkan agar bisa bersaing di level global," katanya usai menggelar pertemuan ADPMET di Hotel JW Marriot Medan pada Rabu (31/3/2021).
Ini agar daerah tidak hanya menjadi objek atau penonton di tengah kekayaan sumber energi yang dimiliki.
Baca juga: Inspirasi Energi: Perusahaan Migas Eropa Ramai-ramai Investasi Energi Terbarukan, Ini Daftarnya
“Insya Allah kehadiran organisasi di bawah kepemimpinan saya akan terasa lebih bermanfaat, bisa lebih didengar pemerintah, dan memunculkan keadilan bagi seluruh masyarakat daerah,” tuturnya.
Menurut Ridwan Kamil, untuk EBT, Indonesia telat mendorong penggunaan energi berbasis energi terbarukan.
"Indonesia sudah telat sekali. Denmark sudah 100 persen, tapi kita baru 4 persen," katanya.