NUNUKAN, KOMPAS.com – Harga sebuah elpiji 14 kilogram di Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mencapai Rp 1,5 juta.
Camat Krayan Barat, Dawat Udan mengatakan, harga tersebut melambung tinggi karena biaya buruh gendong serta efek dari lockdown Malaysia.
Adapun 98 persen barang kebutuhan warga Krayan berasal dari Malaysia.
"Kalau harga gasnya sekitar Rp 800.000, untuk membayar buruh gendong sekitar Rp 700.000, jadi elpiji itu satu tong harganya Rp 1,5 juta di sini," ujar Dawat saat dihubungi, Sabtu (14/11/2020).
Baca juga: Gara-gara Malaysia Lockdown, Harga Elpiji di Krayan Rp 1,5 Juta, Semen Rp 1,8 Juta Per Zak
Dawat menjelaskan, buruh akan mengambil tabung elpiji kosong untuk dibawa dengan sepeda motor ke perbatasan RI–Malaysia di Long Mekang.
Mereka akan menunggu kapal kecil jenis ketinting di pinggir sungai dengan luas sekitar 30 meter yang merupakan wilayah Malaysia.
Baca juga: 2 Anak Suku Talang Mamak Lulus Jadi Polisi, Kapolres: Bukti Paradigma Lama Sudah Memudar
Kapal jenis ketinting tersebut datang dengan tabung elpiji siap pakai, lalu menukar tabung elpiji kosong yang dibawa buruh gendong.
Dari pinggir sungai di Long Mekang yang masih wilayah Malaysia, buruh akan menggendong elpiji dengan Bekang (sejenis alat gendong suku dayak Lundayeh).
Elpiji diikatkan di punggung dan mereka akan mendaki gunung sekitar dua jam.
Sesampainya di puncak, mereka masih harus menggendong elpiji menuju jalan tani untuk sampai di jalan utama perbatasan.
Jarak Desa Lembudud dari perbatasan sekitar 6 km.
Asal barang ada
Sulit mendapatkan kayu api kering untuk memasak karena cuaca yang tidak menentu membuat warga memilih membeli elpiji meski harganya jauh dari harga normal.