PURWAKARTA, KOMPAS.com - Aiptu Budiman, Panit II Polsek Bungursari, Purwakarta, Jawa Barat, menceritakan perjalannya mendirikan pesantren gratis bagi yatim dan duafa.
Bagi pria yang akrab disapa Abah itu, Pesantren Madinah Darul Barokah adalah buah dari hidayah.
Kisah itu bermula saat Abah dipindahtugaskan ke Purwakarta pada 2010.
Baca juga: Puskesmas Diminta Fasilitasi Tes Covid-19 untuk Santri yang Akan Kembali ke Pesantren
Saat itu, ia menghubungi seorang kenalannya untuk membantu mencarikan kontrakan. Namun, kenalannya itu justru mengajaknya membuat saung di sebuah tanah di dekat hutan.
"Saya tanya tanah siapa main buat saung saja," katanya.
Tetapi kenalannya itu justru menyebutkan tanah itu milik Abah.
Usut-usut punya usut Abah pernah menitipkan uang Rp 11 juta kepada kenalannya itu.
Hanya saja, saat ditagih waktu itu, si kenalan mengatakan uang tersebut sudah habis. Abah pun mengaku sempat marah.
"Dia bilang uangnya dibelikan tanah. Saya nggak percaya begitu saja," ucapnya.
Namun, setelah dikorescek kepada pemilik tanah sebelumnya, ternyata benar bahwa tanah tersebut telah dibeli kenalannya itu dengan menggunakan uang milik Abah.
Tanah itu terletak di Kampung Dangdeur. Saat itu wilayah tersebut merupakan kawasan hutan yang jarang tersentuh. Jalan menuju tempat itu berupa setapak.
Setelah tinggal di situ, Abah kemudian mengakrabkan diri dengan warga sekitar. Awalnya ia tak mengaku polisi. Warga pun tak ada yang mengira. Lambat laun ia mengaku karena terdesak.
Ia menuturkan lima warga yang kerap berkumpul dengan Abah memintanya untuk shalat. Namun permintaan itu malah direspons dengan marah.
"Saya marah, saya bilang itu urusan pribadi," ungkapnya.
Lambat laun Abah pun merasa kesepian. Kemudian buah hatinya yang duduk di bangku SD datang.