Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ngrapyak Sendang, Hati yang Bersyukur dengan Merawat Mata Air Kehidupan

Kompas.com - 03/03/2019, 08:00 WIB
Dani Julius Zebua,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Puluhan bakul panganan terhampar rapi di sebuah cekungan tanah di sebuah bukit pada Dusun Gondangan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bakul panganan itu mengepung beberapa batu yang terus mengeluarkan air bening nan sejuk.

Ada nasi tumpeng dengan lombok merah tertancap di pucuknya. Ada nasi kepal yang dinamai Golong oleh warga. Juga ada ingkug ayam yang dimasak bacem.

Ada pula rujak, lauk pauk, mie ataulah bihun goreng, kentang masak pedas, bacem tempe maupun tahu, peyek hingga kerupuk warna warni. Juga ada bubur warna warni hingga jajanan pasar.

Puluhan kepala keluarga membawa bakul panganan itu sejak pagi, meletakkannya rapi di dekat mata air di bawah tudung pohon-pohon besar.

Warga yang lain berkerumun di lingkar luar mata air. Sebagian mereka menggunakan busana Jawa, yakni para pria dalam balutan surjan, jarit, menyelipkan keris pada pinggang, menggunakan sandal selop, dan memakai blangkon.

Para wanita menggunakan kebaya.

Seluruh penduduk dusun mengikuti prosesi upacara di Dusun Gondangan, Sidomulyo, Pengasih, Kulon Progo, DIY. Ada yang membasuh muka dengan air sendang maupun meminum air langsung dari sendang. KOMPAS.com/DANI J Seluruh penduduk dusun mengikuti prosesi upacara di Dusun Gondangan, Sidomulyo, Pengasih, Kulon Progo, DIY. Ada yang membasuh muka dengan air sendang maupun meminum air langsung dari sendang.

Inilah secuil aktivitas dalam tradisi warga Gondangan dalam melaksanakan Upacara Ngrapyak Sendang di lokasi yang warga namai sebagai Tuk Songo (9 mata air), Jumat (1/3/2019).

Upacara ini berasal dari kata "krapyak" yang artinya pagar. Sendang sendiri berarti mata air. Warga mengartikan Ngrapyak Sendang sebagai kegiatan menjaga mata air kehidupan.

Tuk Songo sudah ada sejak lama. Warga meyakini, lestarinya alam dusun membuat sendang itu masih bertahan kini.

Di tengah gempuran pembukaan lahan di banyak daerah di Bukit Menoreh, wilayah Gondangan ini membuktikan diri masih banyak pohon-pohon bak hutan bertahan di sana.

"Khususnya Dusun Gondangan ini memang untuk lingkungan masih terjaga dan bagus, tanaman pohon besar masih banyak. Bahkan ada pohon besar seperti beringin. Bahkan masih ada pohon yang kalau dirangkul sampai harus 3 orang," kata Kabul, Kepala Desa Sidomulyo, lewat pesan singkat, Sabtu (2/3/2019).

Akibatnya, mata air Tuk Songo masih mengalir. Musim kemarau tak menghalangi Tuk Songo memproduksi air. Warga pun tak merasa kekurangan.

Warga menyambut sukacita atas sumber air ini lewat tradisi Ngrapyak Sendang. Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun.

"Warga menaikkan doa dan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberadaan sendang di sini sehingga tetap bisa mencukupi kebutuhan air seluruh penduduk Gondangan," kata Kabul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com