Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ustaz Anto yang Dianiaya Usai Tegur Pemilik Anjing

Kompas.com - 15/02/2019, 20:43 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Nursarianto, warga Jalan Letda Sujono Gang Saudara, Kecamatan Medantembung, Kota Medan mendadak viral usai video penganiayaannya beredar. Saat dihubungi Kompas.com melalui telepon selulernya pada Jumat (15/2/2019), dia menceritakan perkembangan kasus dan apa yang dialaminya.

"Pelaporan mulai Polsek Percut, malamnya ke Polrestabes Medan. Informasi dari pengacara saya, pelakunya sudah jadi tersangka dan ditahan. Tinggal nunggu persidangan ajalah..." kata pria yang biasa dipanggil Ustaz Anto ini.

Dia mengaku tidak mengenal pelaku, kejadian penganiayaan yang dialaminya spontanitas saja. Saat itu ia sedang rapat dengan guru-guru mandrasah, karena ada berkas yang tertinggal, dia kembali ke rumah dan melewati Jalan Pukat 1 - Jalan Mandailing. Dilihatnya ada anak madrasah yang sedang lewat berlari ketakutan dikejar anjing milik pelaku.

Baca juga: Sidang Kasus Mayat Terbungkus Kardus di Medan, Pembunuh Dituntut 15 Tahun Penjara

"Dia ketakutan, menjerit, terjatuh dan luka tangannya. Video-nya ada sama saya. Saya lalu mendatangi pelaku, bagusnya saya, pertama profesi saya pendakwah dan guru madrasah, jadi kita gunakan sistem pendidikan. Saya tanya sama dia kenapa dilepaskan anjingnya, harusnya-kan diikat," ungkapnya.

Pertanyaan Anto dijawab dengan amarah oleh pelaku.

"Kau siapa rupanya, kata dia. Saya jawab saya manusia biasa, tapi tidak terima kalau ada murid madrasah di kejar-kejar anjing, berbahaya. Kalau digigit cemana? Dia tidak terima," katanya lagi.

Anto dengan sabar meladeni sikap pelaku, dirinya sempat penepuk bahu pelaku dan meminta tidak melawan nasehatnya. Rupanya tepukan di bahu itu malah membuat pelaku semakin emosi, dipukulnyalah korban.

Baca juga: Waspada, Ini Ciri-ciri Anjing Rabies dan Korban Gigitannya

"Ditendang dan pukulnya saya, dia-kan pemain taekwondo. Saya mau lawan, dia perempuan dan beking-nya banyak, saya mundur saja," ucapnya.

Beberapa warga yang ada lokasi melerai dan menyuruhnya mundur. Seorang warga menyarankan dirinya menunggu di Jalan Mandala dengan berjalan kaki, sementara sepeda motornya akan diantarkan. Anto menurut, sambil menunggu sepeda motornya, dari kejauhan dia melihat pelaku sibuk menelfon. Tak lama, pelaku bersama ibunya kembali mendatanginya.

"Sama mamaknya, langsung mukul nendang-mukul nendang saya. Diajaknya cekcok, saya ladeni, disitulah dipukulnya pelipis saya sampai pendarahan. Itu kejadian yang sebenarnya..." ungkap dia.

Soal instruksi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan agar persoalan ini tidak disangkut-sangkutkan dengan isu agama, dibantah Anto. Menurutnya, saat kejadian, dirinya mengenakan pakaian dan simbol keagamaan, tapi pelaku tidak peduli.

Baca juga: Dari Gonggongan Anjing, Warga Temukan Tulang Belulang Mayat Tanpa Identitas

"Saya pakai lobe dan sebagai guru madrasah, dia tidak melakukan penghormatan kepada saya. Itupun sudahlah, tapi saya-kan sudah mundur, sudah menjauhi dia, tapi didatanginya lagi. Sikapnya seperti meremehkan orang, gak tau apakah meremehkan etnis atau apa," cerocosnya.

Dari informasi yang didapatnya, sudah dua orang anak yang digigit anjing pelaku. Saat ini sudah ada gerakan masyarakat untuk mengusir keluarga pelaku supaya tidak tinggal lagi di lingkungan tersebut karena peliharaannya sudah sangat meresahkan.

"Saya dengar, dia suka sekali melepas-lepaskan anjingnya, ini yang buat masyarakat resah. Anjing itu modelnya pengejar, asal ada orang dikejarnya," ucapnya.

Baca juga: Belasan Ribu Orang Indonesia Sakit akibat Gigitan Nyamuk dan Anjing

Dirinya berharap kasus ini jangan hanya dilihat soal pemukulan saja karena apa yang dilakukannya hanya untuk menolong, bukan ingin bertikai dengan pelaku.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com