Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sukuri, Anak Yatim Peraih Beasiswa Kuliah di China...

Kompas.com - 03/11/2018, 21:27 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Sejak usia 6 tahun, Sukuri, pemuda asal Indramayu Jawa Barat, menjalani kehidupan sebagai yatim.

Ayahnya meninggal dunia saat dirinya baru duduk di kelas 1 sekolah dasar (SD) di desanya.

Bersama ibu dan 1 orang kakak kandung serta 4 kakak tiri, Sukuri menjalani kehidupan dalam kondisi serba terbatas.

Pemuda kelahiran Indramayu, 6 Juli 2000 itu, semasa kecilnya tinggal di Dusun Gua Landak, Desa Gelarmendala, Kecamatan Balongan, Indramayu, Jawa Barat.

Sejak ayahnya tiada, kehidupan keluarga banyak ditopang oleh kegigihan ibunya dan usaha kakaknya.

Dalam percakapan dengan Kompas.com melalui saluran perangkat elektronik, Sukuri mengisahkan perjalanan hidupnya.

Baca juga: Anak Yatim Piatu Korban Gempa Palu Menuai Simpati, WNI di Singapura Ingin Mengadosi

"Semenjak itu juga ibu saya yang setiap harinya bertani dan bekerja serabutan. Hasilnya tak seberapa dan dibantu kakak saya," tutur dia.

Sejak SD, Sukuri berkeinginan untuk bisa terus sekolah hingga kuliah. Tekad itu dipelihara hingga dirinya lulus SD.

Kondisi ekonomi yang tak cukup mapan membuatnya berpikir untuk melanjutkan sekolah tanpa membebani keluarga.

Gayung bersambut. Peluang itu datang saat dirinya mendapatkan tawaran untuk sekolah dan mondok di salah satu pesantren di Jombang.

"Setelah lulus SD, saya berniat mondok di Jombang untuk meringankan beban orangtua," ungkap dia.

Sejak tahun 2013, Sukuri menjalani kehidupan diperantauan. Kesehariannya dihabiskan untuk sekolah dan nyantri di Pesantren Manbaul Huda.

Pesantren itu berada di Desa Genukwatu, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Di Pesantren ini, Sukuri mengenyam pendidikan formal di SMP Terpadu Manbaul Huda. Kemudian, sembari nyantri, pemuda ini juga melanjutkan sekolah di SMK Manbaul Huda.

"Ketika mondok di Jombang, setiap bulan saya dikasih sama ibu uang Rp 300.000. Mulai SMK, dikasih Rp 500.000," beber Sukuri.

Baca juga: 26 Juli Diusulkan Jadi Hari Anak Yatim Nasional

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com