Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadiri Hari Santri Nasional, Jokowi Bahas Peran Ulama dan Santri

Kompas.com - 21/10/2018, 21:03 WIB
Dendi Ramdhani,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir dalam acara puncak peringatan Hari Santri Nasional (HSN) yang berlangsung di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (21/10/2018) malam.

Jokowi yang datang dengan mengenakan sarung dipadupadankan dengan baju muslim putih dilapisi jas hitam lengkap dengan peci hitam.

Dalam pidatonya, ia membahas soal peran besar ulama dan santri dalam perjuangan bangsa Indonesia.

"Sejarah mencatat peran besar para ulama dan santri pada masa kemerdekaan. Menjaga Pancasila, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, memandu ke jalan kebaikan dan kemajuan," kata Jokowi dihadapan sekitar 10 ribu santri yang hadir dari seluruh wilayah Jabar.

Baca juga: Tak Ubah Gaya, Prabowo Dinilai Langgengkan Jokowi 2 Periode

Ia menambahkan, masyarakat patut bersyukur dengan kuatnya tradisi kesantrian yang ada di Indonesia. Saat ini, tercatat ada 28 ribu pondok pesantren yang tersebar di wilayah Indonesia.

"Saya menandatangani keputusan Presiden tentang hari santri. Sejak saat itu kita memperingati hari santri pada 22 Oktober. Hal ini merupakan penghormatan dan rasa terima kasih negara kepada para alim ulama, para kyai, ajengan, dan para santri dan seluruh komponen bangsa yang mengikuti teladan alim ulama, ajengan da kyai," jelasnya.

Sementara itu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Hari Santri Nasional mempertegas peran santri sebagai pionir perdamaian yang berorientasi pada moderasi perdamaian.

"Kalangan pesantren bukan hanya yang menguasai pengetahuan agama secara mendalam semata. Tetapi juga yang senantiasa memperindah ilmu dan prilakunya dengan karakter bijak, moderat, toleran dan cinta tanah air," tutur Lukman.

Karena itu, sambung Lukman, kalangan santri harus lebih aktif bersuara dan memberi teladan perdamaian.

"Resolusi jihad yang menjadi cikal bakal hari santri adalah sebagai bentuk ijtihad ulama untuk mengawinkan negara dan agama sebagai sejoli yang serasi dan bukan dua kubu yang bertikai," sebut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com