Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Seharusnya Tempe Kita Setebal TV 24 Inci

Kompas.com - 12/09/2018, 11:31 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com — Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi mengomentari masalah tempe setipis kartu ATM yang diungkapkan calon wakil presiden Sandiaga Uno.

Sandiaga mengklaim ucapan itu berdasarkan keluhan dari para ibu atas kondisi ekonomi akibat melemahnya rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Dedi menilai, walaupun tempe di Indonesia tidak setipis kartu ATM, warga bisa memproduksi tempe setebal TV 24 inci.

“Katanya sudah parah tipisnya, setipis kartu ATM. Itu seharusnya tempe kita, mah, setebal TV ukuran 24 inci. Caranya, Indonesia harus memiliki bahan baku yang cukup dalam hal ini kedelai,” kata Dedi kepada Kompas.com melalui pesan tertulis, Rabu (12/9/2018).

Berdasarkan data resmi Badan Penelitian Aneka Kacang dan Umbi, kata Dedi, produksi kedelai setiap tahun mengalami kenaikan. Rata-rata produksi pada tahun 2011-2013 sebesar 824.810 ton kedelai. Jumlah tersebut meningkat pada periode tahun 2014-2016 menjadi 934.580 ton atau naik 13,31 persen.

Baca juga: Sandiaga Minta Ucapannya soal Tempe Setipis Kartu ATM Tak Jadi Olokan

Luas lahan tanam kedelai pun terus bertambah dari tahun ke tahun. Medio 2011-2013, luas lahan kedelai di Indonesia sebesar 580.220 hektar. Luas tersebut bertambah menjadi 609.920 hektar pada medio 2014-2016.

Berbagai peningkatan tersebut faktanya belum bisa memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Kementerian Pertanian mencatat, kebutuhan dalam negeri Indonesia terhadap kedelai terhitung tinggi, yakni 2,3 juta ton per tahun.

Sementara rata-rata produksi selama lima tahun terakhir hanya sebanyak 982.470 ton per tahun atau sekitar 43 persen saja.

Sisanya, pemerintah membuka keran impor kedelai terutama untuk kedelai transgenik produksi Amerika Serikat.

Baca juga: Rupiah Melemah, Pendapatan Perajin Tempe Turun 15 Persen

Menurut Dedi, fenomena ini harus segera disikapi pemerintah dengan cara memotivasi petani untuk menanam kedelai. Selain itu, analisis pasar sangat dibutuhkan agar ada kepastian terserapnya hasil produksi petani di pasaran.

“Produksi kedelai dalam negeri harus ditambah. Petani kedelai kita diedukasi dan diberikan motivasi yang kuat bahwa menanam kedelai bisa memberikan keuntungan. Setelah itu, pasarnya dianalisis dan rantai distribusi yang mengakibatkan kedelai mahal itu dipotong,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com