Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Puno: Letters to The Sky", Berdamai dengan Pahitnya Rasa Kehilangan Orang Tercinta (1)

Kompas.com - 05/07/2018, 19:30 WIB
Wijaya Kusuma,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tala, nama gadis kecil itu, sungguh terpuruk ketika ayah tercintanya pergi untuk selama-lamanya. Gadis kecil dengan rambut kriwil itu berusaha menerima kepergian ayah tercintanya, Puno.

Dia kerap menuliskan perasaan-perasaannya di sebuah kapal kertas yang diberikan ayahnya sebelum pergi meninggalkannya. Tala yakin bahwa surat yang ditulisnya akan dibaca oleh ayahnya.

"Memori yang dimiliki oleh Tala dan ayahnya, Puno, itu luar biasa indah, begitu pula memori kita dengan orang-orang yang kita cintai," ungkap Maria Tri Sulistyani, pendiri Papermoon Puppet Theatre, di IFI-LIP Yogyakarta, Rabu (4/7/2018).

Baca juga: Unik, Dua Anak Kembar di Yogyakarta Bernama RI 1 dan RI 2 (1)

Setiap orang, lanjut perempuan yang kerap disapa Ria Papermoon ini, pasti pernah mengalami kehilangan orang-orang tersayang. Rasanya sama, pahit dan merasa tak berdaya.

Oleh karena itu, Papermoon Puppet menghadirkan karya bertajuk "Puno: Letters to the Sky".

"Saya pribadi sebagai penulis naskah mengalami kehilangan itu banyak banget. Bapak, ibu, kakak saya meninggal, saya pernah keguguran, teman-teman saya banyak yang meninggal dan anaknya masih kecil-kecil," ujar Ria.

"Pementasan ini didedikasikan untuk mereka yang telah pergi. Kami menghadirkan pementasan ini agar orang berhenti dulu, kembali mengingat dan menghargai apa yang mereka punya," tambahnya kemudian.

Karya orisinil tentang menghadapi kehilangan orang-orang terkasih ini sebelumnya telah dipentaskan di tiga negara, yakni Thailand, Singapura dan Filipina.

Pada bulan Juli ini, Papermoon Puppet Theatre akhirnya pulang kampung setelah cukup lama menjalani tur keliling Asia Tenggara. Mereka ingin mengobati kerinduan para penggemarnya di Yogyakarta dengan menggelar pementasan di IFI-LIP Yogyakarta.

Ria mengatakan bahwa karya ini sebenarnya sudah pernah dipentaskan dengan judul "Surat ke Langit" pada tahun 2014. Ceritanya pun hampir sama, hanya saja "Surat ke Langit" mengangkat tentang pertemanan.

"Versi pertama itu 'Surat ke Langit' dipentaskan tahun 2014, sama tentang kehilangan tapi tokohnya lebih banyak dan fokus pada pertemanan. Baru tahun 2018 ini dipentaskan ulang dengan judul "Puno: Letters to the Sky", persiapannya sekitar 4 bulan," pungkasnya.

 

Bersambung: "Puno: Letters to The Sky", Berdamai dengan Pahitnya Rasa Kehilangan Orang Tercinta (2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com