Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/02/2018, 14:23 WIB
Achmad Faizal,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Rayyanza Hamizan Meyfiddanca sedang belajar duduk di tempat tidurnya ketika ditemui di rumahnya, 10 Februari lalu. Bayi berusia 8 bulan itu tengah belajar untuk duduk tegap sambil didampingi ibunya, Fidhiza Erika Diastika.

Akhir pekan lalu, Rayyanza sempat membuat cemas kedua orangtuanya. Anak kedua pasangan Catur Irawan dan Fidhiza Erika Diastika itu divonis dokter menderita penyakit baru dan langka. Kawasaki namanya.

Untungnya, Rayyanza cepat tertangani. Pada hari kedua setelah suhu badannya tinggi, Rayyanza dibawa ke dokter yang paham betul tentang gejala penyakit tersebut.

Catur, ayah Rayyanza, mengatakan, dokter lantas menyarankannya membeli obat penangkal injeksi seharga Rp 9,5 juta untuk 50 ml. Yang dibutuhkan adalah 150 ml.

Oleh karena itu, dia harus merogoh kocek sebanyak Rp 28,5 juta untuk 12 jam masa pengobatan anaknya.

"Apa pun caranya saya lakukan agar anak saya bisa sembuh," kata warga Jalan Banyu Urip Surabaya ini.

(Baca juga: Derita Penyakit Langka, Wajah Bocah Oktaviani Masih Diperiksa Tim Dokter)

Informasi yang dia dapat dari dokter, obat tersebut bersifat wajib karena dikhawatirkan penyakit tersebut menjalar ke pembuluh darah dan jantung, yang nantinya berakibat fatal bagi Rayyanza.

Usahanya berbuah manis, hampir sepekan dirawat di rumah sakit swasta di Surabaya, Rayyan akhirnya diperbolehkan pulang.

"Masa pemulihan 6 pekan, sepekan kontrol rutin ke rumah sakit 2 kali," tuturnya.

Selain itu, Rayyanza juga wajib meminum obat pengencer darah sehari sekali untuk mengantisipasi terjadinya serangan jantung.

Dr Agus Harianto SpA (K), dokter spesialis anak yang menangani Rayyanza, mengatakan, Kawasaki adalah jenis penyakit baru dan langka. Para peneliti maupun dokter ahli pun hingga kini belum ada yang tahu penyebab dari penyakit Kawasaki ini.

"Penyakit Kawasaki ini biasanya menyerang anak-anak usia di atas 5 bulan. Namun, orang dewasa juga bisa terkena," katanya dikonfirmasi.

(Baca juga: Menderita Hidrosefalus, Tempurung Kepala Bayi Ini Melipat)

Gejala awal penyakit Kawasaki ini hampir mirip demam berdarah dan campak. Dokter yang tidak mengetahui penyakit ini pasti akan mendiagnosa sebagai penyakit demam berdarah atau campak.

"Penyakit ini tidak menular. Sebab yang diserang adalah sistem imunnya, saat kondisi tubuh bayi sedang turun," ujarnya.

Menurut Agus, jika penyakit Kawasaki terlambat dideteksi atau anak panas hingga lebih dari tujuh hari, maka penyakit Kawasaki dikhawatirkan menyerang pembuluh darah dan jantung.

Gejala penderita Kawasaki adalah mata, bibir, mulut, telapak tangan, telapak kaki, hingga bagian leher memerah.

"Bagi para orangtua, diimbau agar lebih memperhatikan kesehatan anak-anaknya karena sebagian orangtua biasanya menganggap hal biasa ketika suhu badan anak mengalami panas dan demam," tuturnya.

 

Kompas TV Simak dialognya dalam Sapa Indonesia akhir pekan berikut ini!
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com