Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencicipi Tawon, Makanan Ekstrem Asal Gunung Kidul

Kompas.com - 26/02/2018, 17:07 WIB
Markus Yuwono,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tawon baluh merupakan lebah agresif dengan sengatan menyakitkan. Namun, di tangan sebagian orang Gunung Kidul, Yogyakarta, tawon dan larvanya diolah menjadi makanan yang enak dan gurih.

Hal itu seperti yang dilakukan beberapa warga Padukuhan Sumberjo, Desa Ngawu, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul. Beberapa orang aktif mencari sarang lebah ini. Mereka pasti akan diambil setiap mendapatkan laporan mengenai keberadaan sarang tawon di desanya.

Sebagai contoh pada Sabtu (24/2/2018), di sebuah pohon terdapat sarang tawon berukuran bola basket. "Tawon itu sudah beberapa bulan ada di belakang rumah saya," kata Mantok, seorang warga Dusun Sumberjo, akhir pekan lalu.

Mengambil sarang tawon bukan perkara mudah, butuh nyali yang besar. Sebab, jika salah perhitungan, bukan tidak mungkin akan diserang ratusan lebah. Biasanya para pemburu sarang tawon ini melakukan pencarian pada malam hari.

Baca juga: Mamam Yuk! Bertualang Kuliner di Kampung Halaman Jokowi

Mereka menyiapkan beberapa peralatan, salah satunya yaitu kapas atau kain yang digunakan untuk menyumpal. Nantinya, kain itu dibasahi menggunakan bahan bakar minyak seperti pertalite.

Penutupan lubang pun harus dilakukan dengan hati-hati dan jangan sampai tawon yang sedang beristirahat mengetahuinya. Salah satu orang yang biasa melakukannya yakni Heru Raharjo.

Pria bertubuh kecil ini cukup lincah dalam melakukan penutupan lubang sarang tawon. "Setelah disumpal menggunakan kapas yang sudah dibasahi bensin, dibiarkan beberapa menit agar tawon yang di dalam mati," ucap Heru.

Nantinya, setelah tidak ada suara dari dalam sarang, akan dipetik dan diambil. Dalam sarang inilah tawon bertelur dan membesarkan anaknya. Saat dibuka, benar saja, semua tawon dewasa sudah lemas, sedangkan anak tawon masih bisa bergerak-gerak.

Baca juga: Asal Usul Pecel, Makanan untuk Semua Kalangan yang Kaya Gizi

Satu per satu anak tawon diambil dari sarangnya dan ditempatkan ke dalam wadah. Setelah itu dicuci dan dicampur bumbu. "Hanya bawang putih dan garam ditumbuk, dan dicampurkan. Atau bisa juga menggunakan bumbu kaldu saset yang biasa dijual di toko," imbuh Heru.

Setelah itu didiamkan beberapa saat agar bumbunya meresap. Lalu digoreng dengan memisahkan antara larva dan tawon dewasa. "Menggorengnya terus diaduk agar matangnya merata dan tidak gosong," katanya.

Kuliner ekstrem memang tidak bisa dipisahkan dari warga Gunung Kidul, mulai dari belalang, ulat dan kepompong pohon jati, hingga jangkrik. "Untuk tawon, jarang ada yang menjual, paling sudah dibuat bothok. Itu pun tidak banyak sekarang," ujar Tatang.

Tawon memang tidak dijual. Warga biasa mengonsumsi sendiri bersama beberapa orang lainnya. Tawon paling enak disantap menggunakan sambal dan nasi putih hangat. Ketika Kompas.com mencoba kuliner ekstrem ini, rasanya cukup gurih.

Kompas TV Kali ini jurnalis Kompas TV Gibran Muhammad dan juru kamera Junaidi Saputra memiliki cerita seputar kuliner ekstrem di surga bagian timur Indonesia, Raja Ampat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com