Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Mebel Jepara Mulai Kekurangan Tukang Ukir

Kompas.com - 05/10/2017, 15:21 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Pengusaha mebel dan furnitur di Kabupaten Jepara mengeluhkan minimnya regenerasi tukang ukir di wilayahnya. Itu berimbas pada produksi mebel dari Jepara yang menurun.

Ketua himpunan industri industri mebel dan kerajinan (HIMKI) Jepara Maskuri mengatakan, regenerasi tukang ukir di Jepara sangat lamban. Tukang ukir saat ini relatif sudah berusia di atas kepala empat.

Sementara generasi muda enggan menekuni dunia ukir. Kaum muda Jepara lebih memilih bekerja di perusahaan yang mulai masuk di Jepara.  "Lulusan SMK ukir juga jarang yang terjun lagi sebagai pekerja ukir. Sekarang mencari tukang sangat susah," kata Maskuri, Kamis (5/10/2017).

Perusahaan padat karya sendiri mulai merambah wilayah Jepara dan setidaknya membutuhkan sekitar 38.000 tenaga kerja.  Lulusan SMA atau SMK banyak tersedot di sektor ini sehingga mulai meninggalkan dunia ukir.

Baca juga: Ekspor Mebel dan Furniture Jepara Mencapai 150 Juta Dollar AS

Para tukang ukir di Jepara pun saat ini tinggal sebagian. Jika dulu satu pengusaha mebel mempunyai 12 tukang ukir, kini tingga separuhnya.

"Pekerja ini tinggal sebagian. Mencari tukang saat ini susah. Daya tawarnya sekarang sama dengan mandor," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya mendorong pemerintah melakukan Modernisasi dalam ukir. Kekurangan tenaga kerja disiasati dengan pemanfaatan teknologi.  "Jepara harus efisien, tenaga manusia dikurangi mislanya dengan mesin. Itu bisa karena market-nya masih sama. Saat ini yang hidup adalah perajin terpilih," tambahnya.

Selain itu, HIMKI juga mendesak pemerintah daerah untuk mengembalikan materi ukir dalam kurikulum di SMA atau SMK. Nantinya setiap siswa harus dapat mengukir hal-hal dasar sebelum lulus.

Baca juga: Kisah Perempuan-perempuan Andal di Balik Mebel Ukir Jepara

"Dulu untuk bisa ukir diajarkan di sekolah, ada muatan lokal. Bukan pilihan, tapi harus dipaksa. Lulus SMP atau SMA harus bisa ukir karena dasar-dasarnya ukirnya sudah dipunyai," paparnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mlonggo Aroma Jati, Muhamad mengakui sulitnya mencari tukang ukir.

Di kelompok usaha ukirnya semua tukang berusia 40 tahun lebih. Pihaknya pun berencana mengajak kalangan swasta dan santri pondok pesanten untuk diajarkan materi ukir.  "Kami coba gandeng mereka, karena kalau mengandalkan lulusan SMA sudah mulai susah," katanya.

Kompas TV aniel mulai mengukir buah sejak usia 7 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com