Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Sumber Air di Gunungkidul

Kompas.com - 24/07/2017, 10:16 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Kekeringan yang setiap setahun sekali seakan menjadi bagian tidak terpisahkan dari Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, membuat pemerintah terus berupaya mencari sumber mata air baru. Sebab, beberapa sumber yang ada belum bisa maksimal.

Seperti di Sumber Bribin II yang berada di Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu. Bendungan bawah tanah di kedalaman 104 meter ini yang merupakan kerja sama antara pemerintah dan Karlsruche Institute of Technology (KIT).

Proyek Mikrohidro Bribin II diharapkan bisa memberikan kemudahan akses air bersih. Namun sampai sekarang masyarakat belum bisa menikmati proyek penelitian tersebut.

"Itu kan sebenarnya proyek penelitian, mungkin dalam tanda kutip tidak dalam niatan untuk diselesaikan 100 persen. Dan mungkin ada hal-hal yang secara teori tekniknya masih memerlukan kajian baru," Kata Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi Minggu (23/7/2017)

Baca juga: Musim Kemarau 2017, Puluhan Ribu Jiwa Terancam Kekurangan Air

DIa mengatakan, dari lima modul pompa hanya bisa berfungsi dua modul.

Sejak diresmikan, tahun 2011 silam, belum bernah beroperasi maksimal hingga kini. Hanya satu modul yang maksimal mengangkat air.

"Saya diberitahu yang ngerti teknik, apabila suku cadangnya rusak sebenarnya di dalam negeri sendiri bisa (memperbaiki), saya tidak tahu harganya," urainya.

Menurut dia, pemerintah sendiri akan terus melakukan pencarian sebanyak mungkin sumber air baru, yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengatasi kekeringan.

"Kemarin saya ke Tegalweru ada sumber, kemudian di Giripanggung juga ada sumber. Kalau itu memang sumber yang potensial ya tentu akan kami gali," ujar dia.

Sementara ketika Kompas.com saat mengunjungi Bribin II, Dadapayu, hanya sejumlah pekerja penunggu yang ada. Mereka tak berani memberikan keterangan terkait kondisi bendungan bawah tanah tersebut.

Dari keterangan di lokasi, dalam riset kedalaman serta debit air selama tahun 2000 hingga 2004. Sementara pembangunan fisiknya dilakukan hingga pada 2010.

Diresmikan pada tahun 2010 oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto. Untuk masuk ke dalam bendungan harus menggunakan lift sedalam 104 meter.

Anggaran pembangunan merupakan sharing antara pemerintah Jerman dan Pemerintah Indonesia.

Baca juga: Kemarau, Warga Buat Lubang di Telaga Kering untuk Dapatkan Air

Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Isnawan Febrianto menyebutkan,  saat ini dari belasan sumber mata air yang dikelola, ada beberapa yang debit airnya cukup tinggi, diantaranya Bribin I dan II, Goa Seropan, Baron, dan Ngobaran.

"Untuk Bribin II sindon itu tidak kita andalkan, kalau ada ya kita terima. Yang utama adalah Bribin I, nanti akan kita tambah debitnya menjadi 100 liter per detik," katanya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com