YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Ir Panut Mulyono, mengaku belum mendapatkan informasi soal karyawan dan dosen yang menjadi anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Namun, kata dia, tak menutup kemungkinan di UGM terdapat karyawan atau dosen yang menjadi anggota HTI.
"Saya belum punya (data), cuman kabar itu iya (ada). Belum tahu (jumlahnya)," ujar Panut usai menghadiri rapat kerja pengendalian pembangunan daerah triwulan II 2017 di Hotel Inna Garuda, Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Jumat (21/7/2017).
Panut pun menyatakan belum akan mengambil langkah terhadap eks anggota HTI tersebut setelah organisasi dibubarkan pemerintah beberapa hari yang lalu itu.
Baca juga: Polda Jabar Bakal Bubarkan Kegiatan HTI di Ruang Publik
Pihaknya kini tengah mencari cara dan solusi untuk merangkul eks anggota HTI supaya tidak mengikuti organisasi serupa di kemudian hari.
"Di lampus kan biasanya dengan persuasif, kami undang dan bicara-bicara," ujar Panut.
Menurut dia, di UGM sendiri terdapat lembaga yang bertugas di bidang etik. Namun ia belum bisa menentukan apakah lembaga tersebut yang akan bertugas untuk merangkul mereka.
"Ya kita lihat nanti, karena kode etik itu kaintannya soal etika atau disiplin," ucap Panut.
Dia menambahkan, pihaknya juga menunggu arahan dan petunjuk dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia soal adanya karyawan dan dosen perguruan tinggi terlibat di HTI.
Pada prinsipnya, kata dia, UGM selalu mengikuti ketentuan dari kementerian dan tindakan yang dilakukan di universitas itu harus prosedural. "Sehingga tidak ada hal yang menjadi tidak baik. Mudah-mudahan semuanya bisa baik," kata Panut.