Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/06/2017, 19:45 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Lebaran adalah hari yang ditunggu oleh semua orang. Ini adalah saat di mana semua anggota berkumpul di kampung halaman. 

Bagi sopir angkutan desa (angkudes) di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, lebaran biasanya menjadi berkah tersendiri. Jumlah penumpang di hari lebaran biasanya meningkat. 

Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini lebaran tidak lagi terasa manis bagi para sopir angkudes di Terminal Dagsinarga, Gunungkidul Yogkarta. Begitu pula tahun ini. Penumpang sepi. 

Sabtu (24/6/2017) siang sejumlah kru angkudes terlihat hanya duduk dan mengobrol di bawah rimbunan pohon di sisi selatan terminal.

Tak terlihat banyak aktivitas di terminal itu. Bus AKAP dari kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya baru akan datang malam hingga dinihari. 

Salah seorang pengurus paguyuban angkudes Suroto (54) mengaku, sejak terminal Dagsinarga Wonosari pindah dari Desa Baleharjo yang berada di Pusat kota Wonosari ke Desa Selang tahun 2012 lalu, nasib angkudes semakin terpuruk. Medio tahun 2000-an mereka masih merasakan manisnya musim mudik Lebaran.

"Dulu itu saat lebaran seperti saat ini, setiap hari setor (ke pemilik) Rp 300.000 masih bisa. Sopir masih bisa bawa pulang setiap hari Rp 200.000. Saat ini mau setoran Rp 100.000 saja sulit," kata dia saat ditemui di Terminal Dagsinara, Sabtu (24/6/2017)

Selain soal kepindahan terminal ke wilayah pinggiran, rezeki di musim mudik terasa berkurang juga karena kini banyak pemudik yang pulang kampung membawa kendaraan sendiri atau kendaraan sewa.

Sopir angkudes jurusan Ponjong- Wonosari ini mengaku tak bisa berbuat banyak. Penumpang semakin sedikit. Setiap hari paling hanya bisa jalan dua sampai tiga rit.  

"Lebaran kayak tidak lebaran saja. Tahun ini mau beli sirop saja sulit. Sampai lebaran kurang sehari saja tak banyak yang kami dapat, bisa setoran saja sudah cukup," ujar dia. 

Sulitnya mencari penghasilan dari angkudes, kata Suroto, banyak rekan seprofesinya yang mulai beralih kerja menjadi sopir truk, pekerja travel, hingga petani. 

"Kami berharap ada kebijakan dari pemerintah agar para penumpang bisa turun di terminal atau bagaimana biar bisa menghidupkan kembali angkudes," kata dia. 

Ditemui terpisah, Koordinator Terminal Dhaksinarga Trisulo Hantoko mengatakan, sesuai UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pengelolaan terminal Dagsinarga tak lagi di bawah otoritas pemerintah daerah, tetapi pemerintah pusat.

"Nanti akan dikoordinasikan ke kementrian Perhubungan seperti apa pengelolaan angkutannya," ucap dia.

Di musim mudik ini, kata Trisulo, kedatangan penumpang paling banyak terjadi pada Senin (19/6/2017) atau H-6.

Pada H-6 tercatat ada 39 bus yang memasuki terminal dan menurunkan 450 penumpang. Sementara pada H-7 terdapat 33 bus dengan 92 penumpang. Selanjutnya berturut-turut, H-5 ada 29 bus dan 110 penumpang; H-4 ada 28 bus dan 299 penumpang; H-3 ada 25 bus dan 68 penumpang; dan H-2 ada 36 bus dengan 330 penumpang.

"Pada H-1 hari ini sejak dini hari hingga siang terdapat 36 bus yang telah memasuki terminal. Sebanyak 16 bus merupakan armada gratis yang disediakan Kementerian Perhubungan dan swasata. Sementara untuk bus reguler ada 20. Rata-rata setiap bus penumpangnya 20," kata dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com