Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komoditas dengan HET Tidak Ditemukan di Gorontalo

Kompas.com - 25/04/2017, 12:25 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com – Sejumlah komoditas yang telah disepakati dengan harga eceran tertinggi (HET) antara produsen dan pemerintah tidak ditemukan di Provinsi Gorontalo.

Komoditas ini adalah minyak goreng kemasan sederhana dengan HET Rp 11.000 per liter dan daging beku Rp 80.000 per kilogram.

Baca juga: Ada Tol Laut, Warga Perbatasan Bisa Jual Hasil Bumi dengan Harga Tinggi

Untuk komoditas gula pasir, ketersediaan dan HET-nya sudah berlaku di pasaran tradisional maupun pasar modern.

“Hasil pantauan di Pasar Sentral umumnya harga stabil, bahkan banyak yang turun. Daging segar Rp 110.000 lebih murah dari Jawa. Gula pasir di pasar tradisional belum terinformasi HET-nya sehingga masih ditemukan harganya yang mencapai Rp 13.000,” kata Kasan Muhri, kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan, saat melakukan pengawasan harga di sejumlah pasar, Selasa (25/4/2017).

Masalah yang dijumpai adalah tidak adanya pasokan minyak goreng kemasan sederhana meskipun sudah lama disepakati dan diumumkan oleh pemerintah dan perusahaan.

Pasar modern hanya menjual minyak goreng kemasan dengan harga yang bervariasi di atas HET minyak goreng sederhana.

“Harusnya pada 10 April kesepakatan distribusi HET ini sudah berlaku. Menurut pengelola pasar modern di Gorontalo sekitar awal Mei nanti minyak goreng sederhana merk Delima dan tawon akan masuk,” jelas Kasan Muhri.

Demikian juga dengan pasokan daging beku yang belum ada. Yang tersedia di pasar tradisional saat ini adalah daging segar yang harganya Rp 110.000 per kilogram.

Baca juga: Harga Melonjak, Cabai Merah Mulai Langka di Pasuruan

Sementara ketersediaan beras hingga 3 bulan ke depan dijamin aman oleh Bulog, bahkan dalam 2 pekan lagi akan datang beras dari Sulawesi Selatan sebanyak 2.000 ton. Hingga sampai hari raya Idul Adha ketersediaannya tercukupi.

Kompas TV Penjualan eceran di bulan Februari lalu tumbuh melambat, terutama di kota besar seperti Jakarta dan Denpasar. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com