NUNUKAN, KOMPAS.com – Keberadaan tol laut yang digagas presiden Jokowi mulai berdampak kepada masyarakat petani di wilayah perbatasan RI-Malaysia, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Biasanya mereka hanya mampu menjual hasil kebun mereka ke Negara Malaysia, namun dengan keberadan tol laut, petani bisa menawarkan hasil kebun mereka ke Surabaya.
Baca juga: Uji Coba, Kapal Tol Laut Hanya Bawa Air Mineral ke Perbatasan
Kepala Bagian Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan Kabupaten Nunukan, Hasan Basri Mursali mengatakan, ada 4 komoditas dari wilayah perbatasan Sebatik yang secara kontinyu bisa dipasarkan di Surabaya melalui kapal tol laut.
"Kalau di Sebatik itu pisang, merica, rumput laut dan ikan. Empat ini yang akan kita jadikan unggulan untuk dikirim ke Surabaya,” ujarnya, Rabu (12/04/2017).
Hasan menambahkan, kapal tol laut yang akan datang minggu ini akan membawa komoditas rumput laut serta merica ke Surabaya. Biasanya, warga Sebatik menjual merica mereka di Tawau, Malaysia seharga Rp 120.000 per kilogram, namun kalau ke Surabaya harganya Rp 180.000 per kilogram.
“Kalau ke Surabaya ada yang berani 180.000 rupiah per kilo dibanding dijual ke Malaysia 120.000 rupiah. Karena harga bergantung kepada pedagang di Malaysia, tergantung angin mereka,” imbuhnya.
Meski demikian, keberadaan kapal tol laut saat ini belum bisa maksimal membawa kebutuhan pokok ke wilayah perbatasan Sebatik dan membawa komoditas hasil kebun warga.
Hal ini karena belum adanya pertemuan langsung antara pengusaha dari Surabaya dan pengusaha di Sebatik. Pulau Sebatik mendapat mendapat jadwal 2 kali dalam sebulan disandari kapal tol laut.
Baca juga: Program Tol Laut, Pemerintah Tambah 7 Rute dan 100 Kapal
Keberadaan tol laut diharapkan mampu menekan disparitas harga kebutuhan pokok di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, yang selama ini masih bergantung pemenuhan kebutuhan pokok kepada negara Malaysia.