Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Mbah Sriana Keliling Jual Nasi Jagung demi Keluarga

Kompas.com - 24/02/2017, 07:00 WIB

GRESIK, KOMPAS.com - Hujan gerimis yang menguyur sebagian wilayah Gresik, Senin (20/2/2017) dini hari, mulai membasahi aspal Jalan Dr Wahidin Sudiro Husodo.

Di pinggir jalan itu terlihat seorang perempuan tua duduk bersila, persis di samping kirinya ada sebuah kotak warna putih dan wadah terbuat dari anyaman bambu.

Air hujan yang turun cukup deras tak dihiraukan wanita tua baju lengan panjang bergaris dan mengenakan ikat kepala merah itu.

Beberapa saat kemudian, dia berteduh di dalam sebuah kafe sembari menunggu hujan reda untuk kembali berjualan.

Sriana (60) namanya, dia seorang penjual nasi bungkus keliling asal Dadinawung Babat, Lamongan.

Pada usianya yang menginjak kepala enam, perempuan yang kerap disapa Mbah Sri itu tetap bersemangat bekerja. Dia harus berjuang keras mencari rupiah demi menambah biaya makan keluarganya.

Setiap hari, Mbah Sri harus menempuh jarak kurang lebih 50 kilometer dari Babat menuju ke Kota Pudak untuk mencari rezeki.

Dengan jarak sejauh itu, Mbah Sri hanya menjual nasi jagung dibungkus kertas minyak berisi lauk sederhana seharga Rp 5.000.

Keuntungan dari menjual nasi bungkus yang tak seberapa itu selalu dia syukuri. Meski demikian, dia enggan menjadi peminta-peminta.

"Kalau capek tidur di emperan toko. Sambil menunggu angkutan yang mau ke terminal Gresik," kata Sriana.

Sudah 20 tahun Mbah Sri berjualan nasi bungkus, mulai dari harga satu nasi bungkus masih Rp 1.000.

Kedua wadah yang dibawanya terlihat nasi bungkus Mbah Sri masih banyak. Selain nasi, dia juga menjual kacang dan ubi rebus.

Sesekali Mbah Sri menghitung uang hasil jual nasinya. Terlihat dua lembar uang pecahan Rp 5.000 dan tiga lembar Rp 10.000 serta beberapa lembar uang Rp 2.000.

"Buat bayar angkutan untuk ongkos pulang ke Babat. Biasanya kalau Babat-Gresik pulang pergi (PP) ditambah angkutan biayanya Rp 40.000," ungkapnya.

Dia berharap tidak sampai sakit karena takut tidak bisa mencari uang, sedangkan sang suami kini di Bali sebagai penjual telur puyuh yang tak pasti kapan pulangnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com