Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersama Dua Putrinya, Sumini Terpaksa Hidup di Bekas Kandang Kambing

Kompas.com - 17/01/2017, 06:39 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

MADIUN, KOMPAS.com - Sumini dan dua putrinya Eka Sumbi Mahendra (14) dan Macica Putri Diansyah (12) tak pernah menyerah dan putus asa meski sudah lima tahun mereka tinggal di bekas kandang kambing di RT 05 RW 01 Dusun Wates, Desa Kebonagung, Mejayan, Madiun.

Tinggal di bekas kandang kambing berukuran sekitar 2x8 meter, Sumini menyulapnya menjadi tempat tidur, makan, memasak. Semua aktivitas terkecuali mandi dan buang air besar dilakukan di dalam rumah yang tak bersekat itu.

"Kalau anak-anak ingin buang air besar (bab), biasanya kami menumpang di rumah tetangga atau terkadang di sungai. Kami nggak punya wc. Kalau wc tetangga dipakai ya terpaksa di kebun," kata Sumini saat ditemui di kediamannya, Senin ( 16/1/2017).

Tak hanya hidup tak memiliki wc, Sumini dan dua putrinya yang masih duduk dibangku SD dan SMP itu tinggal dengan kondisi dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang sudah mulai lapuk.

Agar angin tidak masuk dari lubang dinding, Sumini memasang kain di sekelilingnya. Di bagian bawah  dinding, ditutupi genteng dan batu bata agar air atau hewan tak masuk ke dalam rumah. 

Bila malam hari tiba, Sumini hanya mengandalkan penerangan dengan senter yang dicas di tetangganya.

Ia tak sanggup untuk menyambung listrik PLN kalau hanya mengandalkan penghasilannya yang tidak menentu sebagai buruh tani. Tak adanya aliran listrik di rumah Sumini, praktis membuat rumah mungilnya itu tak ada barang elektronik meski hanya penanak nasi atau bolam penerang ruang rumahnya itu.

Untuk mandi dan mencuci, Sumini membuat tempat berbentuk bujur sangkar yang dikelilingi potongan karung diikat pada batang kayu yang ditancapkan ke tanah. Tidak atap pintu atau sekat untuk menutupinya.

Di dalam rumah daruratnya itu, pada bagian tengah, terdapat kasur kapas lusuh berukuran 1,5×2,5 meter,  digelar di lantai tanpa dipan atau ranjang. Tak jauh dari kasurnya terpasang rak kayu dan pakaian yang digantung. Sementara di bagian paling belakang difungsikan sebagai dapur dan tempat menaruh peralatan masak dan makan. 

Kendati serba kekurangan, Sumini yang lebih banyak hidup sendiri tanpa suami tak memiliki pilihan lain selain bermukim di bekas kandang kambing itu. Terkadang, saat hujan deras mengguyur, air menggenang lantai tanah rumahnya.

Menurut Sumini, tak jauh dari bekas kandang kambing yang ditempati, sebenarnya ada rumah mertuanya. Namun, ia mengaku tidak bisa tinggal di rumah mertuanya karena sering bertengkar dengan ibu mertua saat bermukim di rumah itu.

Pertengkaran itu dipicu karena mertuanya tidak menyetujui kalau ia menikah dengan suaminya.

Untuk mendapatkan tambahan penghasilan, Sumini menjual keripik tempe, peyek dan botok. Ia menjajakan dagangannya di sekitar desa dengan menggunakan sepedanya. Penghasilan yang dia dapat pun tidak menentu. 

"Sehari dapat Rp 30.000 sudah bersyukur. Tetapi kalau pas sepi maka ia tidak mendapat untung apa-apa," kata Sumini.

Meski berjibaku lima tahun di gubuk deritanya, Sebulan sekali, ia mendapat lima hingga sepuluh kilogram beras raskin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com