Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan Tetap Lestari di Tangan Masyarakat Padang Cermin

Kompas.com - 10/12/2016, 08:19 WIB
Kontributor Lampung, Eni Muslihah

Penulis

BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com - Badan jalan selebar satu meter menjadi akses utama masyarakat pengelola Sistem Kehutanan Kerakyatan (SHK) Lestari Register 19 Gunung Betung, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Jalan itu cukup terjal, kiri dan kanan jalan terdapat jurang berkedalaman sekitar 5-10 meter.

Tanaman pisang, kelapa, kopi, durian, jengkol, dan tangkil berdiri tegak bersandingan. Pepohonan itu menjadi penopang badan jalan setapak yang dibuat oleh warga agar tidak tergerus longsor.

Tidak lebih 5 kilometer dari pemukiman penduduk menaiki kawasan tersebut, kita akan menyaksikan rapatnya tanaman keras dan aliran sumber mata air yang diberi nama Damar Kaca.

Mata air ini salah satu sumber yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk kebutuhan sehari-hari.

"Alirannya deras dan tidak pernah berhenti sekalipun dalam keadaan kemarau panjang," kata Mansur (52), warga Desa Hurun, Kecamatan Padang Cermin.

Dari kawasan Register 19 itu, kita juga dapat melihat keindahan alam Teluk Lampung.

Lelah membawa diri ke tengah kawasan hutan terobati dengan menyaksikan pemandangan indah serta sejuknya udara alam.

"Daerah jelajah ini sebelumnya kami jadikan sebagai ekowisata minat khusus, tetapi belum ada yang pengelolanya," ujar Mansur.

Kawasan Register 19 memiliki nama Taman Hutan Rakyat Wan Abdul Rahman (Tahura WAR). Luas keseluruhan 22.224 hektar dan 600,022 hektar di antaranya dikelola oleh 384 keluarga yang tergabung dalam kelompok SHK Lestari.

Direktur Walhi Lampung Hendrawan mengatakan, kelompok SHK Lestari menjadi daerah percontohan dalam pelestarian hutan dan berkeadilan ekonomi.

"110 peserta simposium pengukuhan kelola hutan kerakyatan dari 74 negara dunia melihat secara langsung bagaimana masyarakat bisa berdampingan dengan alam," kata dia.

Setelah mengalami proses panjang, baru sekitar tahun 2001 Program SHK Lestari bisa diterapkan di tengah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com