Seribu Penyulam Karawo Pecahkan Rekor Muri di Gorontalo

GORONTALO, KOMPAS.com – Seribu perempuan penyulam karawo memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) untuk kategori jumlah penyulam terbanyak dalam satu kegiatan di Gorontalo, Senin (10/10/2016).

Para penyulam dari seluruh daerah di Gorontalo ini berkumpul untuk menyemarakkan Festival karawo 2016 yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Gorontalo.

Proses pemecahan rekor Muri dimulai dengan pencabutan benang di kain hingga membentuk kain berpola strimin.

Pencabutan benang ini perlu kehati-hatian karena dicabut helai demi helai dengan jarak benang yang sangat sedikit, dicabut horisontal dan vertikal hingga membentuk pola strimin.

Pola strimin yang sudah terbentuk ini disulam dengan aneka warna benang sesuai desain yang telah disiapkan, yang umumnya berupa bunga atau pola geometris.

Peneliti sulam karawo dari Universitas Negeri Gorontalo, Wayan Sudana, mengatakan, pertunjukan sulam karawo hari ini memperlihatkan fakta bahwa perajin karawo sebagian besar berusia tua.

"Namun, di arena ini juga ada anak kecil yang sudah mahir mencabut benang. Ini menggembirakan, menandakan ada regenerasi kerajinan sulam," kata Wayan.

Sulam karawo merupakan kerajinan khas tradisional Gorontalo yang diperkirakan ada sejak tahun 1917 saat masa kolonial Belanda.

"Kelahiran karawo sekitar tahun 1917 saat banyak kaum wanita Belanda dan orang Gorontalo yang dipekerjakan membuat sulaman ini dari kain blacu," kata Arfa Hamid, pensiunan yang saat ini menekuni sulam karawo, mengutip buku yang pernah ditulis almarhum Hamzah Neu, mantan Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Gorontalo.