Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Tidak Menentu, 3.500 Nelayan Kendal Berhenti Melaut

Kompas.com - 01/10/2016, 12:07 WIB
Slamet Priyatin

Penulis

KENDAL, KOMPAS.com - Ratusan nelayan Bandengan, Kendal, Jawa Tengah, sudah hampir dua pekan ini tidak melaut. Pasalnya cuaca tidak menentu dan tangkapan ikan nelayan sedikit.

Untuk itu, nelayan memilih menyandarkan perahunya sambil mengecek barangkali ada yang bocor.

Menurut salah seorang nelayan Bandengan, Nur Huda (39), hampir semua perahu milik nelayan Bandengan disandarkan karena cuaca yang tak menentu. Jika dipaksakan melaut, kata Nur, hasilnya tidak sesuai, malah kadang merugi. Ongkos pengeluaran untuk melaut lebih besar dibanding pendapatan dari hasil menjual ikan tangkapan.

“Kadang ombak tinggi, sehingga nelayan hanya berani di pinggir laut saja,” kata Nur Huda, Sabtu (1/10/2016).

Nur Huda mengaku bulan seperti sekarang ini biasanya nelayan bisa mendapatkan tangkapan ikan yang berlipat ganda. Namun karena cuaca yang tak menentu, ikan-ikan di laut pada pergi.

“Kami terpaksa harus mencari utangan untuk makan setiap hari,” tambahnya.

Menurut Nur Huda, cuaca tidak menentu sudah terjadi hampir dua bulan ini.

Nelayan lainnya, Solikin (52), menambahkan, untuk melaut dengan satu perahu kecil membutuhkan biaya paling tidak Rp 150.000. Uang itu untuk membeli solar pulang pergi. Jumlah tersebut kerap tidak sesuai dengan hasil tangkapan ikan yang didapat.

“Dari menjual ikan tangkapan, kami paling pulang bawa uang Rp 20.000, jadi sangat minim,” tambahnya.

Terkait dengan hal itu, ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Kendal, Zaenal Arifin, mengatakan, kondisi nelayan Bandengan seperti ini juga dialami nelayan lain di sepanjang pantai utara Jawa (Pantura) Kendal. Sebab memang saat ini cuacanya tidak mendukung.

“Di Bandengan, ada sekitar 700 perahu kecil yang bersandar, karena para nelayannya enggan melaut. Satu perahu kecil biasanya dioperasikan lima orang. Artinya ada sekitar 3.500 nelayan yang kehilangan mata pencaharian karena tidak melaut,” jelasnya.

Menurut Zaenal, jika tidak melaut, biasanya para nelayan itu kerja serabutan untuk menutup kebutuhan sehari-hari. Sebab, profesi nelayan sekarang ini memang sudah tidak bisa diharapkan lagi.

Saat ini , jelas Zaenal, yang berani melaut hanyalah kapal besar saja. Muatannya 15-20 orang. Sedangkan kapal-kapal kecil hampir seluruhnya bersandar.

“Jumlah kapal besar di sini, ada sekitar 20 kapal. Tapi yang melaut paling hanya separuhnya saja,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com