Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerman Sokong Pengurangan Risiko Bencana terhadap Candi Borobudur

Kompas.com - 26/09/2016, 19:16 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Pemerintah Republik Jerman kembali memberikan dukungan terhadap konservasi kompleks Candi Borobudur, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Tahun ini, dukungan Jerman menitikberatkan kepada upaya Peningkatan Kapasitas untuk Konservasi Komplek Candi Borobudur dalam Kerangka Pengurangan Risiko Bencana (Capacity-Building for the Conservation of the Borobudur Temple Compounds within a Disaster Risk Reduction Framework).

Dukungan tersebut diimplementasikan oleh Kantor UNESCO Jakarta bekerja sama dengan Balai Konservasi Borobudur (BKB), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Alexander Thielitz, Sekretaris Atase Pers dan Kebudayaan Kedutaan Jerman di Indonesia menjelaskan, proyek ini bertujuan untuk memastikan preservasi dan konservasi jangka panjang untuk Situs Warisan Dunia Candi Borobudur.

"Proyek ini juga untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuan staff BKB melalui upaya pembangunan dalam melakukan pengukuran mitigasi bencana dalam kegiatan konservasi mereka," jelas Alexander, dalam konferensi pers di Hotel Manohara Borobudur, Senin (26/8/2016).

Ada beberapa kegiatan dalam proyek kolaborasi ini, antara lain pelatihan in-situ, penelitian bersama, dan analisis tentang konservasi batu dan kegiatan pencocokan kepala Buddha, dan parameter pengurangan risiko.

"Kami mengapresiasi dan senang dengan hasil kerja sama yang telah terjalin selama ini. Kami tidak dapat mengkalkulasi keuntungannya karena hal ini menjadi upaya kami melindungi salah satu tempat yang indah di muka bumi," ungkapnya.

Selama kegiatan ini, UNESCO Jakarta bekerja sama dengan para ahli dari Jerman yang memfasilitasi kegiatan peningkatan kapasitas untuk staf BKB, diantaranya Prof. Dr. Hans Leisen (ahli konservasi batu dari Cologne Lembaga Ilmu Pengetahuan Hayati, Jerman), Dr. Esther von Plehwe -Leisen (ahli konservasi batu dari Cologne University of Applied Sciences, Jerman), Mike Boge Dipl.-Ing. dan Bern Niedringhaus Dipl.-Ing. (Spesialis manajemen air dari Jerman), dan Emmeline Decker Dipl (ahli laboratorium dari Jerman).

"Kelima ahli bekerja sama dengan staf dari Kantor BKB selama misi mereka dan melakukan kegiatan kolaboratif untuk konservasi Candi Borobudur," kata Director and Representative, UNESCO Jakarta, Shahbaz Khan.

Selain itu kegiatan juga berupa pemetaan kerusakan batu dan pemantauan kelembaban di beberapa daerah di candi, melakukan penilaian dan pemantauan sumber dan saluran air, melakukan analisis dan uji coba sistem mortar yang baru, serta melanjutkan kegiatan bersama dengan staf BKB pada kegiatan pencocokan kepala Buddha Head.

"Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada aspek konservasi akan tetapi juga mitigasi dan manajemen bencana," kata Shahbaz.

Kepala BKB Marsis Sutopo menambahkan kolaborasi dengan para ahli dari Jerman dan UNESCO dimulai sejak 2011 lalu atau tidak lama setelah bencana erupsi gunung Merapi. Adapun bentuk kegiatan kerjasama itu antara lain pelatihan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) staf BKB, melakukan kajian tetap kerusakan-kerusakan Candi Borobudur yang diakibatkan oleh bencana erupsi Merapi, pembelajaran tentang kanal bahan material candi Borobudur hingga penanganan cagar budaya sesuai dengan sembernya.

"Tidak hanya itu, kami juga melakukan monitoring lingkungan, hidrologi, termasuk mengkaji sistem drainasi candi Borobudur," paparnya.

Selain fisik, lanjut Marsis, BKB juga melakukan pembelajaran tentang manajemen pengelolaan asrip kuno Borobudur. Arsip-arsip kuno tersebut sudah diusulkan kepada UNESCO sebagai Memory of The World.

Jerman telah mengucurkan dana sebesar 600.000 euro atau setara dengan Rp 8,6 miliar untuk dukungan tersebut yang dimulai sejak tahun 2011 hingga 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com