GARUT, KOMPAS.com - Para pengungsi korban banjir bandang dan warga di sekitar Bojong Sudika, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, sempat panik saat hujan mengguyur wilayah itu dari sore sampai petang tadi, Kamis (22/9/2016).
Meski intensitas hujan tak begitu besar, tetapi para korban lebih memilih pergi ke lokasi yang lebih aman daripada tetap tinggal di sekitar bantaran Sungai Cimanuk.
"Aduh, ya Allah, jangan sampai hujan besar. Bagaimana kalau ada lagi (banjir bandang)," ujar Sukaesih (36), salah seorang pengungsi, Kamis petang.
Sukaesih bersama dua anaknya memilih menjauh dari rumahnya yang ambruk. Ia buru-buru pergi ke Terminal Guntur dengan berjalan kaki bersama anaknya.
Baca juga: Dua Korban Tewas Banjir di Garut Ditemukan 20 Kilometer dari Tempat Asalnya
Ia mengaku masih trauma dengan kejadian yang dialami keluarganya jika hujan turun lagi. Langkahnya pun diikuti beberapa warga lainnya yang merasakan kekhawatiran serupa.
"Ah, ibu mah mau ke sana saja. Lebih aman, masih trauma sekali," sembari menunjukkan lokasi terminal yang berada di depan perkampungannya.
Kepanikan warga dan pengungsi pun kian memuncak ketika hujan semakin deras. Jalan menuju terminal pun macet ditambah hilir mudik mobil pengangkut bantuan kemanusiaan. Bunyi peluit warga yang mengatur lalu lintas bersahutan.
Beruntung hujan perlahan-lahan mereda.
"Alhamdulillah hujan reda dan cerah lagi. Tadi kami sempat kebingungan dan panik sekali," ungkap Rendi (27), warga di lokasi sama.
Sesuai informasi yang dihimpun dari Posko Makodim 0611 Garut sejak pagi sampai siang tadi, tim pencari dan evakuasi kembali menemukan jenazah korban banjir bandang di lokasi berbeda. Total korban meninggal saat ini bertambah menjadi 26 orang, sedangkan jumlah orang hilang 23 jiwa.