Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayat Wanita Hamil Korban Pembunuhan Melahirkan Bayi Perempuan

Kompas.com - 22/09/2016, 19:43 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

SANGGAU, KOMPAS.com - Penemuan mayat wanita hamil tanpa identitas di perkebunan kelapa sawit dekat quary batu PT SMP di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Selasa (20/9/2016) sore diungkap kepolisian.

Sebelumnya diberitakan, mayat wanita hamil tanpa identitas tersebut ditemukan oleh saksi bernama Vika dan Mala saat sedang mencari jamur sawit di areal perkebunan tersebut.

Baca juga: Mayat Wanita Hamil Tanpa Identitas Ditemukan di Perkebunan Sawit

Kepala Polres Sanggau AKBP Donny Charles mengungkapkan, setelah melakukan olah TKP, petugas kemudian membawa mayat tersebut ke Puskesmas Kampung Kawat untuk divisum.

"Hasil pemeriksaan di puskesmas yang dilakukan oleh dokter Ginting, korban diketahui sedang hamil dengan usia kandungan sekitar 8 sampai 9 bulan," jelas Charles, Rabu (21/9/2016).

Namun, sekitar pukul 23.00 WIB, mayat tersebut mengeluarkan bayi yang ada di dalam kandungannya.

"Mayat tersebut mengeluarkan bayi perempuan dengan berat 2,9 kilogram dan panjang 45 sentimeter dalam keadaan sudah meninggal dunia," jelas Charles.

Kepala Puskesmas Kampung Kawat yang menangani visum jenazah korban, Dokter Sangap Ginting mengungkapkan, seusai melakukan identifikasi terkait penyebab dan perkiraan waktu kematian korban, ia melihat perut korban membuncit seperti hamil. Ia kemudian meraba bagian perut, dan merasakan ada sesuatu yang keras di dalam perut korban.

"Saya curiga dia hamil setelah melihat kondisi perutnya itu, kemudian saya coba periksa kemaluan korban dan meraba bagian dalam ternyata menyentuh kepala dari bayi itu," ujar Ginting kepada Kompas.com, Kamis (22/9/2016).

Mayat melahirkan

Terkait dengan bayi yang "dilahirkan" jenazah tersebut, secara logika menurut Ginting, mungkin tidak bisa dipercaya karena ibu dari bayi itu sudah meninggal, dan secara otomatis bayi itu tidak mungkin bisa hidup lagi.

Ia pun mengaku sempat kehilangan logika berpikir medis. Akhirnya, beberapa menit kemudian ia melakukan tindakan amniotomi untuk membuka selaput amnion (selaput ketuban) dengan cara membuat robekan kecil demi mengeluarkan cairan ketuban.

"Sekilas saya berpikir mana tahu (bayi) masih hidup. Ketubannya sudah menonjol, bukaannya sudah lengkap. Kalau dia (korban) hidup itu, itu seperti kita membimbing dia untuk mengejan. Yang menghalangi kepala bayi itu sudah terbuka, saya pecahkan air ketuban dan keluarlah airnya," jelasnya.

Biasanya, jika dalam persalinan normal, apabila ketuban sudah pecah dan bukaan sudah lengkap, lanjut Ginting, tidak lama pasti bayi akan lahir.

"Nah, ini kan tidak mungkin kita bimbing karena korban sudah meninggal, jadi ya kita biarkan," katanya.

Beberapa jam kemudian, tim dari kepolisian Polres Sanggau datang dan melakukan serangkaian identifikasi, mengambil dokumentasi foto korban di setiap bagian dengan membolak-balikkan tubuh korban.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com