Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komplotan Penjual Kacamata Laser Palsu Habiskan Uangnya untuk Sabu

Kompas.com - 16/09/2016, 23:31 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com – Komplotan penjual kacamata laser palsu di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, yang ditangkap Kepolisian Resor Nunukan diduga menggunakan uang hasil penipuannya itu untuk pesta sabu.

Keempat pelaku positif menggunakan narkoba jenis sabu ketika dilakukan tes urine. Dari hasil penelusuran rekening pelaku juga tidak didapati uang sisa penjualan kacamata laser.

”Keempat pelaku postif menggunakan sabu-sabu. Kita duga hasil penjualan dipakai untuk membeli sabu,” ujar kapolres Nunukan AKBP Pasma Royce, Jumat (16/9/2016).

Dari hasil pemeriksaan kepolisian, komplotan yang terdiri dari Budi Santosa (35), Nanang (28), Budi Haryanto (36) dan Yunita Belatrix (26) itu berhasil mengumpulkan uang hingga Rp 83,7 juta dari penjualan 31 buah kacamata laser palsu yang dijual seharga Rp 2,7 juta per buah. Padahal komplotan ini membeli kacamata tersebut di grosir pasar Turi Surabaya seharga Rp 300.000.

Baca juga: Merasa Tertipu Penjual Kacamata Laser, Puluhan Guru di Nunukan Lapor Polisi

Diperkirakan, sudah ratusan korban penjualan kacamata laser palsu komplotan Budi Santosa cs tersebut karena sebelum menipu di Kabupaten Nunukan, para pelaku telah beroperasi di puluhan kota di Kalimantan.

Dalam menjalankan aksinya, komplotan ini mencatut nama Rumah Sakit Dr Yap sebagai pemberi lisensi pada kacamata laser yang mereka jual. Mereka bahkan mengaku dokter untuk meyakinkan pembeli kacamata.

“Lisensi Rumah Sakit Dr Yap sampai undangan kepada instansi untuk presentasi mereka palsukan semua,” imbuh Pasma Royce.

Kepolisian Nunukan berhasil mengungkap praktik penipuan ini justru dari informasi masyarakat. Kebanyakan para korban yang mayoritas adalah PNS malu untuk melapor kepada polisi.

Pihak kepolisian mengaku masih akan mememeriksa komplotan Budi Santosa dan mendata masyarakat yang menjadi korban. Diduga, masih banyak korban penipuan Budi Santosa yang enggan melapor.

"Awalnya para korban tidak mau melapor. Nanti satu persatu kita mintai keterangan tidak terbuka karena mereka malu,” ujar Pasma Royce.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com