Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Berau Bentangkan 4.150 Spanduk "Perangi Narkoba"

Kompas.com - 15/09/2016, 16:07 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

TANJUNG REDEB, KOMPAS.com - Kota atau kabupaten sering bersolek serba meriah menjelang perayaan hari ulang tahunnya.

Kabupaten Berau di Kalimantan Timur malah punya aksi beda. Kabupaten yang baru memasuki usia ke-63 ini malah mendandani diri dengan memasang 4.150 spanduk ukuran rata-rata 1x1 meter di seluruh wilayahnya. Semua spanduk bertema, "perangi narkotika". Spanduk itu bisa ditemui di hampir tiap ruas, termasuk di pagar-pagar perkantoran, lapangan, sekolah-sekolah, di 13 kecamatan yang ada.

"Bahkan kampung-kampung sampai pedalaman. Bahkan pulau terluar kita, Pulau Maratua, juga terpasang di sana," jelas Dandim 0902/Tanjung Redeb Letkol CZI Slamet Santoso, Kamis (15/9/2016).

Spanduk yang terpasang menyebar itu menarik untuk dibaca lantaran banyak yang ditulis dengan kata-kata jenaka sekaligus nyinyir pada pemakai dan penikmat narkotika. Sedikit yang menggunakan kata-kata serius dan keras.

Sebutlah di antaranya "Fredy saja bisa mati karena narkoba, apalagi abang". Kemudian ada yang ditulis, "Adek takut abang selingkuh, tapi lebih takut kena narkoba". Ada pula, "Pakai narkoba hati bimbang, kepala botak pun mau dikeramas".

Banyak kalimat unik dan jenaka di spanduk-spanduk itu. Tak sedikit yang menggunakan bahasa daerah Berau dan Banjar, seperti "Wayah hini masih haja pakai narkoba, bungulnya Pang" (hari gini masih saja pakai narkoba, bodoh sekali Bang). Pemasangan hingga ke pelosok sendiri melibatkan TNI.

"Sekaligus untuk melihat sejauh apa anak buah kita bisa menjangkau," kata Slamet.

Rangkaian HUT Berau memang dirayakan dengan berbeda dari kebanyakan kota/kabupaten lain. Kabupaten ini mengemasnya sekaligus dengan mendeklarasikan bersama perang melawan narkotika di Berau.

Deklarasi sendiri telah berlangsung sehari sebelumnya, Rabu (14/9/2016). Sebelum deklarasi itu, telah dilakukan pemasangan spanduk di berbagai penjuru kota dan kecamatan.

Sehari kemudian, Kamis ini, baru lah dirayakan upacara dan tari kolosal. Museum Rekor Indonesia memantau pemasangan ribuan spanduk itu. Muri pun sampai menganugerahi Berau sebagai pemasang spanduk terbanyak di negeri ini secara bersamaan.

Senior Manajer Muri, Awan Rahargo, mengatakan, Muri memiliki sejumlah kriteria untuk bisa mendapat predikat pemecah rekor, yakni superlatif atau jumlah terbesar terbanyak atas obyek tertentu dan mesti terukur.

Selain itu, ada kategori terunik dan terlangka. Kali ini, mereka menganugerahi Berau sebagai pemecah rekor spanduk terbanyak setelah memasang 4.150 spanduk di seluruh kecamatan.

"Mengalahkan spanduk serupa 2015 di Jakarta. Spanduk yang dipasang saat itu juga terkait semangat memerangi narkotika," kata Awan.

Spanduk dirusak

Spanduk "antinarkoba" banyak yang dirusak di Tanjung Redep. Beberapa spanduk dicoret dengan cat semprot merah dan ditulis "PKI".

Tak hanya "antinarkotika", spanduk yang memunculkan wajah bupati dan wakil bupati Berau juga dicoret dengan tulisan serupa. Coretan itu makin ramai diperbincangkan setelah viral di media sosial.

Bupati Berau Muharram mengatakan, kejadian ini bisa dikaitkan dengan kebijakan dan kepemimpinannya yang baru delapan bulan.

“Saya yakin masih ada yang tidak senang dengan kepemimpinan kami saat ini,” ujar Bupati.

Muharram menilai wajar jika ada lawan politik. Namun memberi tuduhan PKI bagi pejabat tentu adalah hal serius. Belum diketahui apa motif dibalik perusakan spanduk dengan cara ini. Polisi sendiri berniat mengusut kasus ini bila ada yang menyatakan keberatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com