POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Keterbatasan dana dan bahan bangunan tidak mengalangi warga Desa Siderejo, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, untuk memperbaiki infrastruktur pedesaan.
Dengan kondisi keterbatasan itu, kreativitas mereka muncul dan melahirkan cara-cara unik agar tetap bisa membangun desa.
Mereka memanfaatkan kayu nisan bekas yang masih lengkap dengan tulisan nama dan tanggal kematian pemilik nisan untuk membangun jembatan darurat demi menunjang aktivitas mereka.
Sejak lama warga mengumpulkan kayu nisan yang tidak terpakai atau dibuang warga dari area pemakaman tak jauh dari desa tersebut.
Kayu dari bahan ulin itu merupakan kayu bekas yang dibuang saat keluarga pemilik makam menggantinya dengan nisan baru.
Jembatan ini digunakan untuk menunjang aktivitas warga sehari-hari, seperti ke sawah, kebun atau lokasi indusri pembuatan batu bata.
Agar jembatan kayu ini bisa bertahan kokoh, potongan-potongan kayu disusun sedemikian rupa hingga membentuk sebuah jembatan antardua desa bertetangga.
Menurut Busman, salah satu warga Siderejo, warga menggunakan jembatan ini untuk bekerja sebagai pengrajin batu bata atau bertani di kebun atau sawah di sekitarnya.
"Karena tidak punya dana, ya terpaksa memanfaatkan limbah kayu nisan yang dibuang warga untuk membangun jembatan darurat. Hitung-hitung harganya murah dan jembatannya kokoh," ujar Busman.
Meski bahan bangunan jembatan ini terbuat dari puluhan kayu nisan, warga yang setiap hari melintas di jembatan itu tidak merasa risih ataupun takut karena sudah terbiasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.