Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gadis 17 Tahun Diperkosa Ayah Kandung sejak Kelas V SD

Kompas.com - 14/05/2016, 11:36 WIB
Junaedi

Penulis

MAMASA, KOMPAS.com — M, gadis berusia 17 tahun asal Mamasa, Sulawesi Barat, diperkosa ayah kandungnya sejak kelas V SD hingga hamil. M pun sempat mengurung diri berbulan-bulan sejak kasus ini terkuak.

Kasatreskrim Polres Mamasa AKP Syamsuriansyah kepada wartawan, Jumat (13/5/2016), mengatakan, pihaknya terus mengembangkan kasus tersebut.

"Sedikitnya empat orang saksi, termasuk ibu korban, yang juga istri tersangka, dua paman korban, dan seorang warga lainnya, termasuk korban," katanya.

Kasatreskrim menegaskan, adanya upaya penyelesaian melalui jalur adat yang sedang diupayakan pihak keluarga pelaku tidak akan menghentikan upaya hukum. 

"Ini untuk memberi sanksi hukum kepada siapa pun pelaku kekerasan seksual atau pelaku pencabulan agar tindakan serupa tidak terjadi di lain waktu," ucapnya.

Selama ini, M dan ibunya, SR, tak berani angkat bicara lantaran diancam oleh BL, sang ayah. BL kerap meneror korban dan ibunya jika berani membeberkan perbuatan bejat tersangka.

Karena itu, meski SR sudah berkali-kali memergoki ulah bejat pelaku, dia tidak mampu mencegahnya.

M baru mulai berani membeberkan perbuatan kekerasan seksual setelah ayahnya ditahan di Mapolres Mamasa.

Saat ditemui di rumahnya di Mamasa, Jumat, M menyebutkan, dirinya jadi korban pencabulan oleh ayah kandungnya sendiri sejak korban masih duduk di bangku kelas V SD.

Ketika itu, ibu korban SR sedang berangkat ke pasar pada subuh hari. Saat sedang tidur bersama tiga adiknya, tiba-tiba korban didatangi pelaku.

Korban diminta membuka pakaiannya. Korban sempat memberontak dan menolak permintaan ayahnya. Namun, karena diancam dengan senjata tajam, korban akhirnya tak kuasa berbuat apa-apa.

M berharap kelak ia bisa melanjutkan sekolah.

Seperti diberitakan sebelumnya, kasus pencabulan yang menghebohkan publik Mamasa ini akhirnya dilaporkan pihak keluarga korban ke polisi lantaran mereka bingung siapa ayah sang anak yang dilahirkan korban. Korban sendiri memilih bungkam karena takut kepada pelaku.

Sementara itu, D, paman korban, berharap, aparat desa, dinas pendidikan, kepolisan, dan perlindungan anak bisa turut mendampingi keponakannya agar bisa mengatasi traumanya.

“Saya berharap semua pihak turut membantu pendampingan terhadap korban agar trauma psikologis yang sedang dihadapi akibat kasus ini bisa segera teratasi. Yang bersangkutan bisa diterima di tengah masyarakat dan bersekolah kembali seperti biasanya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com