Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Melanda Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Toko-toko Sempat Tutup

Kompas.com - 11/05/2016, 20:32 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Banjir melanda Kabupaten Hulu Sungai Tengah di Kalimantan Selatan, sejak Selasa (10/5/2016) kemarin. Air merendam beberapa kecamatan, seperti Batu Benawa, Batang Alai Utara, Batang Alai Selatan, Hantakan, dan Pandawan.

Kecamatan Barabai, ibukota HST, tak luput banjir. Bahkan Alun-alun Dwi Warna di pusat kota sempat terendam. Ketinggian air mulai dari semata kaki hingga 60 sentimeter.

“Toko-toko tutup kemarin. Pedagang sayur keluar dari pasar dan pindah memenuhi pinggiran jalan provinsi,” kata Kepala Bagian Humas dan Protokol HST, Muhamad Ramadhan, Rabu (11/5/2016).

Banjir terjadi sejak pukul 11.00, Selasa lalu. Debitnya membesar dan ketinggian air bertambah hingga pukul 23.00.

“Pagi hari (Rabu ini) berangsur surut. Hanya beberapa titik masih ada genangan sekira 25 sentimeter,” kata Ramadhan.

“Banjir kemarin juga sempat merendam setidaknya 1.000 hektar lahan pertanian di sini. Yang sedang ditanami sekira 300-an hektar,” kata Ramadhan.

Ramadhan mengungkapkan, banjir merupakan limpahan air dari pegunungan Meratus dan Sungai Barabai tidak lagi mampu menampung air. Selama beberapa hari, kata Ramadhan, hujan terus mengguyur pegunungan Meratus.

Jumlah air besar dari Meratus, kata Ramadhan, diyakini lantaran hutan di pegunungan itu telah banyak terbuka, khususnya untuk pertambangan. Di pegunungan itu saling berbatasan beberapa Kabupaten seperti Kotabaru, Hulu Sungai Selatan, Tabalong, Tanah Laut, Banjar dan Tapin.

Menurut Ramadhan, hanya hutan Meratus yang masuk wilayah HST saja yang tutupannya masih bertahan hingga kini.

"Karena (kebijakan pemerintah) HST tidak ingin ada kegiatan pertambangan dan sawit," katanya.

Karena, degradasi hutan di sekeliling HST diyakini jadi penyebab banjir kembali berulang di kabupaten ini dan sekitarnya.

Banjir sejatinya fenomena alam biasa bagi kabupaten-kabupaten di sekitaran Meratus. Namun, belakangan jumlahnya lebih sering dengan intensitas besar.

Ramadhan mengungkap, banjir biasanya terjadi sekali dalam lima tahun sebelum tahun 2000.

“Sekarang, bisa terjadi satu kali dalam satu tahun. Tidak jarang pula dua kali setahun,” kata Ramadhan.

Pemerintah HST mengusulkan pembangunan bendungan untuk mengurangi dampak banjir yang terus terjadi. Usulan ini pernah disampaikan ke pusat di 2014.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com