Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Belum Dipakai Shelter Sudah Rusak, Pemerintah Grusa-grusu"

Kompas.com - 27/04/2016, 13:22 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

BAWEN, KOMPAS.com - Keberadaan sebagian shelter atau tempat pemberhentian bus rapid transit (BRT) koridor Semarang-Bawen rusak sebelum berfungsi sebagaimana mestinya.

Shelter BRT yang mangkrak ini berada di jalur utama Ungaran hingga terminal Bawen. Selain beberapa bagian bangunan mulai rusak, seperti keramik lantai terlepas, kaca hilang dan terlihat kumuh lantaran lantainya kotor serta banyak sampah.

Selain itu, fasilitas pendukung proyek aglomerasi dari Pemprov Jawa Tengah ini banyak yang menjadi sasaran corat-coret dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggungjawab Masyarakat menilai, pemerintah terlalu tergesa-gesa sehingga pada akhirnya terjadi inefisiensi.

"Rentang waktu antara pembuatan shelter dengan realisasi terlalu jauh sehingga belum dipakai sudah rusak dulu, saya menilai pemerintah grusak-grusuk," ujar Budi, warga Babadan, Ungaran, Rabu (27/4/2016) siang.

Keberadaan shelter BRT ini sejak awal menuai protes dari Forum Lalu Lintas Kabupaten Semarang. Pasalnya, penempatan shelter memakan trotoar atau jalur pedestrian.

Kepala Dishubkominfo Kabupaten Semarang, Prayitno Sudaryanto, mengaku belum tahu persis waktu BRT koridor Stasiun Tawang-Terminal Bawen beroperasi.

Informasi terakhir yang diterimanya, BRT akan beroperasi pada tahun ini. Hanya saja, hingga saat ini, belum ada perkembangan informasi terbaru.

Menurut Prayitno, dalam proyek bus aglomerasi ini, kewenangan Dishubkominfo hanya sebatas membantu terselenggaranya tertib angkutan. Artinya penumpang nantinya diharapkan bisa naik dan turun di shelter yang sudah disediakan.

"Kami hanya mensosialisasikan BRT serta menertibkan pengemudi yang tidak patuh pada aturan. Sedangkan pemeliharaan masih kewenangan provinsi, karena yang membangun juga provinsi. Kami hanya ketempatan lokasi saja," ucapnya.

Prayitno menambahkan, semestinya memang ada evaluasi tentang kondisi shelter terlebih dahulu sebelum BRT dioperasikan.

"Yang di depan Kantor Bupati Semarang saja kemarin roboh, sekarang posisinya saya amankan di kantor," lanjutnya.

Sebelumnya, hasil kajian Laboratorium Transportasi Unika Soegijapranata Semarang mencatat sedikitnya 13.619 orang menanti kehadiran Bus Rapid Transit (BRT) Aglomerasi koridor Semarang-Bawen.

Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengungkapkan, BRT koridor Semarang-Bawen ini merupakan satu dari empat koridor BRT Kedungsapur (Kendal-Ungaran-Salatiga-Purwodadi) yang mendesak untuk segera dioperasikan tahun ini.

Dari kajiannya pula, koridor yang mempunyai lintasan jalan sekitar 37,5 kilometer tersebut membutuhkan sekitar 79 halte BRT, 4 di antaranya adalah halte transit, sedangkan armada bus yang ideal adalah 30 armada dengan ukuran yang sama dengan BRT reguler yang ada. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com