MAMUJU UTARA, KOMPAS.com - Puluhan warga korban banjir di sembilan dusun Mamuju Utara, Sulawesi Barat, menolak tinggal di posko pengungsian yang telah didirikan pemerintah daerah.
Warga menilai posko pengungsian itu tidak layak huni karena tidak memiliki kebutuhan penunjang pengungsi, seperti tikar atau alas tidur, selimut, serta lampu penerangan.
Mereka menilai kondisi tenda pengungsian justru rawan penyakit, terutama bagi anak-anak, karena lantainya berupa tanah.
Korban banjir meninggalkan posko pengungsian dan mengungsi ke rumah-rumah penduduk di sekitar lokasi banjir.
Warga Dusun Marisa yang rumahnya terendam banjir menolak bermalam di posko pengungsian yang didirikan pemda untuk menampung para korban banjir.
Agustina, warga Dusun Marisa, menganggap kondisi posko pengungsian itu tidak manusiawi. Ia pindah ke rumah penduduk yang bersedia menampungnya.
"Tendanya tidak punya tikar, tidak ada dinding dan tidak ada penerangan, makanya saya pilih menumpang di rumah warga," kata dia.
Meski harus tidur berdesak-desakan dan menggunakan alat seadanya, warga merasa lebih aman dan sehat berada di rumah warga lain.
Banjir yang terjadi hingga hari kesembilan itu telah merendam wilayah Kecamatan Tikke Raya, Mamuju Utara. Hingga kini, belum ada tanda-tanda penyurutan ketinggian air.
Meski banjir sempat surut beberapa sentimeter, ketinggian air cepat bertambah karena hujan yang terjadi di hulu Sungai Lariang di wilayah Poso, Donggala, dan Palu, Sulawesi Tengah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.