Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dedi Mulyadi
Anggota DPR RI

Pernah menjadi tukang ojek, penjual beras, hingga peternak domba. Mantan Bupati Purwakarta yang kini anggota DPR RI.

Kesendirian Bah Kadim dan Ki Ahmad di Belantara Digital

Kompas.com - 07/04/2016, 17:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Beberapa waktu yang lalu kususuri sudut-sudut kampung dengan bersepeda melewati parit dan pematang sawah. Nampak hamparan padi bak permadani hijau mengelus sudut-sudut mata yang setiap hari letih oleh pantulan cahaya benda kaca, menggiring opini, mengubah pikiran manusia, menentukan sedih dan bahagianya para pemilik, pengagum dan penggemar.

Riuh kehidupan ditentukan dalam sudut-sudut ruang sempit berdasarkan informasi multimedia yang tersaji. Hebat atau tidaknya seseorang, sukses atau gagalnya sebuah pembangunan, tergantung seberapa canggih terkendalinya seluruh sajian yang dinakhodai oleh para netizen.

Selfie adalah ritual baru yang menjadi dzikir kolektif, mengaktualisasikan diri dalam setiap sudut pandang. Persahabatan dan kekerabatan kini terkoneksi secara universal tanpa melihat sudut batas asal usul genetik dan teritorial, semuanya beragama kekinian dalam mazhab digital.

Namun, mazhab universalitas hubungan tanpa batas  ternyata belum mampu mengubah pikiran kaum sektarian yang setiap hari terus berteriak dan berjingkrak atas nama Tuhan, atas nama agama, menolak prinsip-prinsip universalitas, kesetaraan, kemanusiaan, toleransi, bahkan kekinian dengan menggunakan perangkat yang merupakan karya terbesar dalam peradaban dari orang-orang yang setiap saat dihakimi dan dikafirkan.

Pemkab Purwakarta Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengunjungi salah satu warganya
Koneksi kekerabatan digital telah melahirkan spirit global yang mampu memporak-porandakan kekuatan sekokoh apapun manakala bertentangan dengan prinsip-prinsip toleransi dan humanisme.

Tetapi spirit konektivitas ternyata telah melumpuhkan saraf-saraf ragawi untuk hidup normal sebagai manusia; bertegur sapa dengan keluarga, berbagi rasa dengan tetangga, berkunjung kepada sanak saudara.

Setiap saat, kita bisa dapatkan berbagai adegan peristiwa yang lucu; suami istri duduk berdampingan, satu sama lain tidak saling bicara, melainkan tersenyum atau cemberut membaca tampilan seluruh gawai cantik dalam genggamannya, yang senantiasa berubah seiring dengan model dan kecanggihan dari merk yang disukai.

Terkadang kita jumpai pula satu ruangan pegawai yang begitu serius menatap seluruh perangkat cyber di hadapannya hingga tak mampu menoleh ke kiri dan kanan teman sekantornya.

Dalam kayuh perjalanan sepedaku, kutemukan dua peristiwa. Bah Kadim, seorang tua renta yang tinggal di sudut kampung dalam kesendirian dengan tubuh yang sudah tak berdaya.

Pemkab Purwakarta Bupati Purwakarta mengunjungi salah satu warganya
Tinggal di rumah bilik bambu tak berjendela, hidup dalam kegelapan karena kedua matanya sudah tak mampu melihat. Setelah kutanya, ternyata Bah Kadim hidup sendirian karena ditinggalkan oleh kedua orang anaknya. Jangankan mengurus, sekedar sapaan pun tak pernah dia dapatkan.

Di hari yang lain, kayuh sepedaku terhenti di Margasari. Sebuah perkampungan sampah “tanpa bau” dan “tanpa lalat”. Kudapati gubuk tua di sudut kampung. Air mataku meleleh, badanku gemetar.

Seorang kakek tua bernama Ahmad terbaring di atas selembar busa tanpa seprei. Kembali aku bertanya, di mana keluarganya?

Seorang lelaki tua yang sering menemaninya berkata,  bahwa kedua anaknya tinggal di luar kota. Tak pernah ada sapa, tak pernah ada tanya. Betapa malangnya Bah Kadim dan Ki Ahmad, hidup tercerabut dari akar kekerabatan di era cyber dan digital.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com