Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bayi Saya Meninggal Akibat Terlilit Kabel di Inkubator"

Kompas.com - 01/04/2016, 14:53 WIB
Daspriani Y Zamzami

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Peristiwa meninggalnya Suryani dan bayinya, warga Desa Lambatee, Kecamatan Darul Kamal, Aceh Besar, yang diduga akibat terlambat penanganan medis saat dirawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh, ternyata memunculkan kisah-kisah memilukan lainnya dari dalam gedung RSIA.

Seperti halnya dikisahkan oleh Nurlia, warga Punge Banda Aceh. Awalnya, Nurlia akan bergabung bersama sejumlah aktifis dan warga yang melakukan aksi unjuk rasa ke RSIA Banda Aceh, Jumat (1/4/2016) pagi.

Namun ia mengurungkan keinginannya untuk ikut berunjuk rasa karena rasa trauma yang mendalam.

“Saya takut tidak bisa mengontrol emosi nantinya, karena saya trauma, bayi saya meninggal di sana akibat terlilit kabel di inkubator, bisa dibayangkan seperti apa pengawasan di sana,” ujar Nurlia.

Nurlia mengisahkan, saat itu tanggal 28 oktober 2015, ia harus melahirkan bayinya dalam kondisi prematur di RS Kesdam, Banda Aceh. Namun karena penuhnya pasien melahirkan dan semua menggunakan inkubator untuk bayi-bayi mereka, akhirnya bayinya dirujuk ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Aceh untuk mendapatkan perawatan di inkubator di ruang NICU rumah sakit tersebut.

“Saat itu, suami saya terus menunggui bayi kami. Tapi anehnya suami saya susah untuk berkomunikasi dan berkonsultasi tentang kondisi bayi, karena selalu dilarang bertanya oleh perawat yang ada di sana,” jelas Nurlia, Jumat (1/4/2016).

Bahkan, sebut Nurlia, dirinya pun selalu tidak mendapat jawaban baik saat menanyakan jadwal memberikan ASI kepada sang bayi.

Terlilit kabel

Bayi yang lahir dengan usia prematur ini diberi nama Muhammad Al-Zikri. Pada tanggal 3 November 2015, sang ayah, Sugeng Fatimin (40), menemui bayinya dalam kondisi terlilit kabel di inkubator. Kemudian dia langsung melaporkan hal itu kepada perawat yang berjaga.

“Tapi suami saya malah disuruh menunggu di luar dan diminta untuk tidak banyak bertanya, dan perawat pun menutup pintu dengan kasar,” kisah Nurlia.

Dua hari kemudian, tepatnya tanggal 5 November 2015, lanjut Nurlia, ia dan sang suaminya mendapat telepon dari pihak rumah sakit dan diminta datang ke rumah sakit.

“Saat kami datang dengan tanpa beban mereka menyampaikan kalau bayi kami sudah meninggal dunia. Saya meraba badannya sudah keras, saya menduga kematiannya sudah terjadi beberapa jam sebelum kami ditelepon,” ujar Lia.

Sudah menunggu selama delapan tahun, Nurlia merasa usahanya mendapatkan bayi sia-sia akibat kelalaian pihak rumah sakit.

“Saya sangat kuat menduga mereka lalai merawat bayi saya. Saya juga menemukan sisa ASI saya yang jumlahnya masih banyak. Saya menduga mereka tidak memberikan ASI itu kepada bayi saya,” jelasnya.

Nurlia meminta agar pemerintah bisa memberi sanksi kepada pihak rumah sakit yang sudah bertindak lalai tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com