Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakek Ridwan Kamil Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Kompas.com - 23/03/2016, 11:22 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Yayasan Masyarakat Sejarawan Cabang Jawa Barat mengusulkan KH Mukhyidin, yang merupakan kakek dari Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, untuk menjadi pahlawan nasional.

KH Mukhyidin merupakan salah seorang ulama ternama asal Jawa Barat pada era penjajahan Belanda yang terlibat dalam perjuangan merintis, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan.

Dia juga telah mendirikan delapan pesantren yang diberi nama Pagelaran, serta tersebar di Subang, Purwakarta, dan Sumedang.

Guru Besar Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Nina Herlina Lubis mengatakan, KH Mukhyidin termasuk kiai yang ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan bersama rakyat ketika Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1945.

"KH Mukhyidin bernaung di bawah Hizbullah. Tidak hanya bergabung dengan Hizbullah, KH Mukhyidin pun menjadikan pesantren Pagelaran I sebagai markas pelatihan dan penggemblengan mental bagi para pejuang Hizbullah," kata Nina.

Hal itu dikatakan Nina dalam Seminar Nasional Pengusulan KH Mukhyidin sebagai Pahlawan Nasional, di Museum Sri Baduga, Jalan Peta, Rabu (23/3/2016).

Pada masa penjajahan Belanda, KH Mukhyidin juga dikenal memimpin para pejuang untuk menyerang garis pertahanan Sekutu di Bandung Utara. Dalam penyerangan itu, markas tentara NICA di Ciateul, Bandung, menjadi salah satu sasaran para pejuang.

"Sangat masuk akal kalau pasukan Belanda menganggap KH Mukhyidin berbahaya karena status sebagai kiai berpengaruh. Untuk memutus pengaruhnya di kalangan rakyat, Belanda menangkap KH Mukhyidin dan membawanya ke Sumedang sebelum dijebloskan ke penjara Kebonwaru, Bandung," tuturnya.

Dengan banyaknya catatan sejarah, dia berharap, seminar dan kajian para sejarawan bisa mengangkat KH Mukhyidin sebagai pahlawan nasional dari kalangan ulama.

"KH Mukhyidin semoga menjadi ulama keempat asal Jawa Barat yang diangkat menjadi pahlawan nasional," ujarnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com