Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Batik Gedog Tetap Tradisional

Kompas.com - 11/03/2016, 06:28 WIB
Achmad Faizal

Penulis

TUBAN, KOMPAS.com - Suara bising gesekan kayu meramaikan sebuah rumah pusat produksi batik di Desa Kajoran, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Kamis (10/3/2016). 

Di dalam rumah tersebut, Mbok Tini (65) sedang duduk dengan kaki terlentang mengoperasikan alat tenun tradisional berbahan kayu.

Di sampingnya, Kartini (42) terlihat menyiapkan benang dari bahan kapas yang tersambung dengan mesin tenun Mbok Tini. Di samping Kartini, Likah (18) sedang membatik dengan pewarna alam.

Mbok Tini, Kartini dan Likah adalah tenaga terampil yang dipekerjakan Nanik Nandiana Ningsih, pengusaha batik Gedog khas Tuban dari Desa Kajoran, Kecamatan Kerek.

Ninik adalah satu dari sekian banyak pengusaha batik yang berupaya menjaga nilai tradisional pembuatan batik Gedog, tanpa mengubah sedikitpun dari proses pembuatan dan bahan dasar yang digunakannya.

Jaga keasilan

KOMPAS.com/ ACHMAD FAIZAL Aktivitas pembuatan batik Gedog milik Nanik Nandiana Ningsih di Tuban.

Bahan dasar kain batik Gedog, kata Nanik, berasal dari kapas yang dipintal dan ditenun. Kapas tersebut diambil dari hasil alam desa sekitar.

Begitu pula dalam hal pewarnaan, juga berasal dari dedaunan yang dicampur dan diolah, seperti daun tom, daun mangga, dan daun jambu menter.

"Semuanya serba tradisional dan serba alami," kata ibu dua anak ini, Kamis. 

Bukan hanya dari bahan dan pewarnaan, dari sisi motif, Nanik juga berupaya menjaga keaslian batik Gedog. Motif Ganggeng dan Prompol adalah dua di antara sejumlah motif yang masih dipertahankan.

Motif-motif baru yang dibuat Ninik lebih banyak terinspirasi dari konsep perpaduan dari berbagai motif batik tanah air. Yang lain, kata Ninik, hanya dari sisi sakral dalam perbuatannya saja.

"Dulu pembuat batik Gedog melakukan prosesi tirakat sebelum membuat, karena itu banyak cerita bahwa batik Gedog berkhasiat bisa menyembuhkan penyakit jika dipakai," jelas perempuan berkerudung ini. 

Karena masih kuat mengandung nilai-nilai tradisional itulah, harga jual batik Gedog relatif mahal. Satu unit kain batik Gedog ukuran 2x1 meter atau 3 meter x 90 centimeter bisa mencapai Rp 10 juta. 

Generasi kedua

Nanik adalah generasi kedua di keluarganya yang membesarkan usaha batik Gedog sejak 1997. Sebelumnya, usaha batik Gedog dirintis ibunya, namun belum begitu berkembang seperti sekarang.

"Pekerja ibu saya dulu hanya satu orang, sekarang lebih dari 10 orang melibatkan warga desa sekitar rumah," jelasnya. 

Begitu juga dalam hal pemasaran, jika dulu hanya di sekitar Tuban, kini sudah merambah ke berbagai daerah di tanah air, bahkan sudah ada yang diekspor ke mancanagera melalui eksportir. 

Nanik beruntung, karena lokasi usahanya berada di sekitar pabrik Semen Indonesia di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Pengembangan usahanya pun banyak dibantu oleh pabrik semen.

Perusahaan produsen semen pelat merah itu banyak membantu  usaha Ninik dari permodalan, pelatihan, dan pemasaran. 

"Bantuan permodalan mulai dari Rp 5 juta hingga Rp 50 juta pernah saya manfaatkan dari Semen Indonesia," kata Nanik.

Tahun ini, dari total anggaran dana Corporate Social Responbility (CSR) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, sebesar Rp 26 miliar, sebanyak Rp 6,5 miliar di antaranya diperuntukkan bagi bantuan modal pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di tiga kecamatan sekitar pabrik, yakni Kecamatan Kerek, Merak Urak, dan Kecamatan Jenu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com