Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kedubes Denmark: Festival Mata Air Bisa Jadi Contoh untuk Daerah Lain

Kompas.com - 20/02/2016, 15:51 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

SALATIGA, KOMPAS.com - Kegiatan Festival Mata Air (FMA) 2016 di Muncul, Banyubiru, mendapat perhatian dari Kedutaan Denmark di Indonesia. Sebab, penggagas FMA yaitu Komunitas Tanam untuk Kehidupan (TUK) memiliki visi yang sama dengan pemerintah Denmark.

"Kami, TUK dan pemerintah Denmark memiliki visi yang sama soal menyelamatkan lingkungan dari sampah, khususnya sampah plastik," kata Ketua TUK Christianto Irawan Putera, kepada Kompas.com, Sabtu (20/2/2016).

Apalagi, lanjut Christian, Indonesia adalah negara terbesar kedua di dunia dalam urusan menghasilkan sampah plastik, setelah China.

Denmark, seperti halnya Indonesia, adalah negara yang sangat dekat dengan laut. Sehingga memiliki masalah yang sama dengan Indonesia dalam hal sampah dari sungai yang bermuara di laut.

Sementara itu, Penasihat Teknis Program Environmental Support Programme (ESP) Kedutaan Besar Denmark, Ian Rowland mengatakan, apa yang dilakukan TUK dengan gelaran FMA ini sejalan dengan program yang dilakukan Denmark di Indonesia, khususnya Jawa Tengah.

"Kami punya program pengelolaan sampah di Semarang dan Cilacap, pengelolaan limbah B3 di Tegal, pengelolaan pati aren di Klaten dan pengelolaan limbah home industry di Kebumen," ujar Ian.

Sebenarnya, lanjut pria berkebangsaan Inggris itu, gelaran FMA ini tidak termasuk dalam program ESP yang sedang digelar Kedubes Denmark.

"Saya diminta Pak Dubes untuk mencari LSM lingkungan di Jawa Tengah yang bisa buat sesuatu yang konkrit soal sampah. Akhirnya saya ketemu TUK dan kami senang dengan kegiatan mereka," ujar Ian.

Karena menilai TUK memiliki kegiatan yang langsung menyentuh masyarakan, maka Kedutaan Besar Denmark akhirnya memberi bantuan berupa hibah kecil atau mini grant.

"Kami ingin sesuatu yang langsung bisa dipraktikkan di masyarakat bukan lagi sekadar kebijakan di tataran instansi pemerintah," lanjut Ian.

Kegiatan yang digelar TUK ini, lanjut Ian, bahkan bisa menjadi contoh bagi daerah lain cara efektif untuk menyampaikan pesan-pesan lingkungan kepada masyarakat.

"Tahun ini akan ada seminar lingkungan di Indonesia. Saya akan bawa kegiatan ini dan ditayangkan dalam seminar itu agar jadi contoh bagi daerah lain bagaimana cara menginspirasi masyarakat untuk mendaur ulang sampah, mengelola bank sampah dan lainnya," ujar dia.

Menariknya, kata Ian, semua rangkaian kegiatan yang digelar TUK ini diakhiri pentas seni sebagai "reward" atas kerja keras semua pihak.

"Ini rewardnya berupa festival budaya. Jadi semuanya bisa senang, rileks sambil berkomitmen untuk melanjutkan kegiatan ini," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com