Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melongok Taman Hewan Terbesar di Sumatera

Kompas.com - 17/02/2016, 05:39 WIB
Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe

Penulis

PEMATANGSIANTAR, KOMPAS.com - Mengelola Taman Hewan Pematangsiantar, satu dari lima taman satwa terbesar di Indonesia ini ternyata tak semudah yang dibayangkan.

"Dibutuhkan sebuah manajemen yang komprehensif dan terintegrasi untuk bisa mengharmonisasi antara satwa yang ada, petugas kita dan pengunjung yang datang," kata Nandang Suaidah, General Manager Taman Hewan Pematangsiantar saat ditemui, di ruang kerjanya, Selasa (16/2/2016).

Perempuan berhijab kelahiran 23 Desember 1982 ini menegaskan, jika dirunut dari fungsi taman satwa ini, ada tiga yakni fungsi edukasi, fungsi konservasi dan fungsi rekreasi.

Untuk fungsi edukasi, merupakan fungsi yang paling vital dan menonjol saat ini. Untuk itu, kata perempuan jebolan Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat pada tahun 2000 itu, pihaknya harus mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan petugas.

Jika selama ini, petugas atau karyawan yang jumlahnya sekitar 100 orang tersebut hanya sebatas pada pemeliharaan satwa, tetapi saat ini petugas sudah harus bisa memberikan penjelasan secara detail atas satwa yang berada di dalam taman hewan terbesar di Sumatera itu.

"Jadi, fungsi edukasi itu penting. Pengunjung datang ke taman ini tentu tidak semata hanya melihat-lihat tetapi juga bisa mendalami tentang satwa yang dilihat, baik soal jenis, makanan dan sebagainya. Dan petugas kita harus mampu menjelaskan itu," kata Nandang, yang justru berlatar jurusan sosiolog itu.

Apalagi saat ini, lanjutnya, pengunjung yang datang juga dari kalangan pelajar, terutama dari berbagai daerah yang ada di luar Pematangsiantar. Mereka datang, fokus pada aspek edukasinya, sehingga mau tidak mau petugas harus siap dan kemampuannya sebagai pemandu juga harus ditingkatkan.

Selain fungsi edukasi itu, taman satwa yang dikelola Rahmat Shah ini juga menekankan fungsi konservasi. Kata Nandang, fungsi ini tebilang tidak mudah, karena perhatian kepada keberadaan satwa yang ada di dalam taman.

Bagaimana misalnya, menghadirkan suasana alami dimana habitat satwa selama ini bisa kita lakukan juga di dalam taman satwa ini.

"Jadi, kita fokus kepada satwa-satwa itu, bagaimana makanannya, pemeliharaan kesehatan, dan lain sebagainya," kata Nandang.

Dia mengaku, awal tahun 2013 saat menjadi manager umum dipaksa belajar soal fungsi konservasi ini, karena memang dia sama sekali tidak punya basis pengetahuan soal dunia satwa.

Nandang bertutur bagaimana di awal di bekerja berhadapan dengan satwa yang paling dia takuti yakni ular. Namun berkat adaptasi, rasa takut itu perlahan hilang.

"Baru-baru masuk, saya membayangkan ular-ular itu sehingga saya takut. Namun semua itu bisa hilang. Rasa takut itu sebetulnya, kita sendiri yang membuat," cerita Nandang.

Menjadi tanggung jawab yang tidak mudah bagi dia untuk mengharmonisasi konservasi dengan fungsi rekreasi dimana pengunjung datang untuk melakukan semacam interaksi dengan satwa-satwa yang ada di dalam kandang.

Selalu saja ada semacam konflik atau tekanan yang diterima satwa saat dikunjungi oleh manusia atau pengunjung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com