Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakak Beradik Asal Magelang Ini Kolektor Ratusan Helm

Kompas.com - 11/02/2016, 06:00 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Memiliki kecintaan terhadap sesuatu terkadang membuat seseorang tidak mempedulikan komentar orang lain.

Seperti dialami dua bersaudara Johan Wahyudi dan Iis Rose Muhammad, warga Desa Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, yang hobi mengoleksi helm sport.

Bagi mereka, helm tidak hanya berfungsi sebagai pelindung kepala saat mengendarai sepeda motor.

Bagi keduanya helm juga menjadi tren fashion yang menunjukkan gengsi sosial. Tidak heran jika keduanya memiliki koleksi helm hingga ratusan buah.

Helm-helm yang sebagian besar adalah helm sport full face itu disimpan dan dipajang di setiap sudut rumahnya.

Saking cintanya, keduanya kerap menenteng helm kemana pun mereka pergi meski tidak sedang mengendarai sepeda motor.

Seperti ke saat jalan-jalan di mal, pasar atau sekadar jalan-jalan santai, bahkan saat naik angkutan umum dan menghadiri undangan mereka tetap menenteng helm.

"Saya sering dianggap wong edan, ditertawakan orang, karena bawa helm ke mana-mana. Saya juga simpan helm di mobil, 5-10 buah," kata Iis, Rabu (10/2/2016).

Meski kerap dianggap aneh, namun dia bergeming. Alih-alih berubah, Iis justru bangga karena hobinya itu mendapat respon dari masyarakat sekitar.

Iis bercerita, ia mulai menyukai helm sejak berumur lima tahun. Saat itu ia biasa menggunting gambar helm di koran dan menempelkannya di buku.

Beranjak remaja, Iis dan adiknya menggeluti olahraga road race di Yogyakarta. Dari sana, keduanya memiliki banyak helm untuk dipakai bertanding.

Namun mereka baru mulai giat mengoleksi helm pada 2009 sampai keduanya pensiun dari arena balap road race.

Semula Iis hanya mengoleksi dengan membeli helm-helm milik pembalap profesional. Harganya mulai Rp 2-8 juta per buah.

Dalam sebulan Iis biasa membeli dua helm bekas pembalap.

"Kami mengincar helm bekas pembalap, lalu ada goresan bekas terjatuh itu akan dinilai lebih karena punya unsur historis," ungkap pria kelahiran 4 Juli 1971 ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com