Ravik menegaskan, UNS tidak pernah mengajarkan radikalisme dan apa yang dilakukan Bahrun tidak ada hubungannya dengan kampus tersebut.
Ravik keberatan dengan selalu disebutnya UNS dalam berbagai pemberitaan terkait teror bom Thamrin, khususnya berita seputar Bahrun Naim yang memang adalah alumnus D-3 Teknik Informatika, FMIPA, UNS.
Menurut Ravik, UNS tidak memiliki sangkut paut apa pun dengan kegiatan Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Abu Rayan.
"Jadi, jangan selalu dikaitkan dengan kami (UNS) karena dia sudah alumnus dan di luar tanggung jawab fakultas," ungkap Ravik kepada wartawan, Senin (18/1/2016).
UNS, lanjut Ravik, sudah mencoba segala cara untuk mengantisipasi mahasiswanya dari paham radikal dan menyesatkan.
"Saya meminta kepada publik untuk tidak beranggapan UNS menjadi gudangnya teroris karena kita sudah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pemahaman pendidikan kepada mahasiswa kami agar tidak terpengaruh pemahaman yang keliru," katanya.
Ravik menegaskan, semua mahasiswa UNS mendapatkan mata kuliah Pendidikan Pancasila yang mengajarkan nilai-nilai bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Selain itu, Pancasila juga sebagai dasar moral dan norma sehingga mahasiswa memiliki pandangan dan komitmen terhadap nilai demokrasi.
Setelah tragedi bom Thamrin dan polisi menyebut Bahrun menjadi tersangka utama, pihak UNS segera melakukan proteksi terhadap semua kegiatan kemahasiswaan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi gerakan yang mencurigakan di dalam kampus.
"Kita akan seleksi semuanya, kecuali ada kerja sama dan secara resmi ada surat, akan diberikan toleransi menggunakan fasilitas kampus," kata Ravik.