Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angklung Berdaya di Negara Lain, Tak Berdaya di Negeri Sendiri

Kompas.com - 23/11/2015, 16:37 WIB
Kontributor Bogor, Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Upaya Yayasan Saung Angklung Udjo dalam memperkenalkan alat musik angklung di Indonesia bisa dikatakan gampang-gampang susah.

Sebab, pemerintah baik daerah maupun pusat belum betul-betul serius memperhatikan angklung sebagai warisan budaya.

Padahal, pada 2010, UNESCO menetapkan angklung sebagai warisan budaya tak benda dunia yang harus dilestarikan bangsa dan negara Indonesia melalui regenerasi nilai secara berkesinambungan.

Manager Yayasan Saung Angklung Udjo Dudi Darma Bakti mengatakan, untuk menarik minat terhadap angklung dibutuhkan kerja keras.

Tidak mudah masuk ke dalam jajaran pemerintahan. Peran generasi muda, khususnya pelajar, selama ini juga dinilai kurang merespon kebudayaan angklung.

"Kita ingin betul-betul menginisiasi pergerakan angklung di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Angklung bisa dirancang menjadi kebijakan yang praktis di tingkat sekolah. Jangan sampai negara lain mengakui itu," ucap Dudi, kepada Kompas.com.

Dudi menghadiri kegiatan Pasanggiri Angklung Jawa Barat 2015 di Gedung Tegar Beriman, Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin (23/11/2015).

Dudi menambahkan, di negara lain, justru angklung sudah menjadi bagian dari kurikulum nasional bagi para pelajar.

Dia mengambil contoh Korea Selatan, Thailand, sebagian wilayah Filipina dan Malaysia, sudah memasukkan angklung sebagai kurikulum mereka.

"Terus terang, kami diminta untuk mengajar guru-guru disana bermain angklung. Tahun kemarin, kami sudah melatih 330 guru TK di Malaysia. Tahun ini rencanaya, guru-guru SD akan kita latih dan akan terus berjenjang sampai ke tingkat SMA," katanya.

Dirinya menilai, angklung harus digenerasikan dan dilindungi. Jangan sampai angklung tidak berdaya di negaranya sendiri.

"Kesalahan pemimpin kita adalah tidak mampu meneruskan jejak-jejak Pak Soeharto kala memperkenalkan kebudayaan Indonesia di mata dunia. Karena di jamannya, Indonesia termasuk negara yang disegani dengan keanekaragaman suku dan budayanya," imbuh Dudi. K97-14

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com