Balita itu meninggal dunia diduga karena kurang mendapatkan perhatian khusus dari dokter anak rumah sakit tersebut, Kamis (5/11/2015) sore.
Menurut Tiarma boru Butar Butar (28), ibu balita itu, anak perempuannya semula mengalami demam dan kejang-kejang.
Dia lalu membawa putrinya berobat di kampung mereka di Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun.
Meski saat itu kondisi Maria membaik, Tuarma khawatir demam dan kejang itu bisa kambuh sewaktu-waktu.
Akhirnya, Tiarma dan suaminya, Moden Panjaitan membawa Maria ke RSVI Pematangsiantar, Minggu (1/11/2015) sore.
Namun sejak tiba rumah sakit itu sekitar pukul 16.00 WIB, Maria baru ditangani dokter anak pada sekitar pukul 23.00 WIB.
"Senin malam jam 11 malam, baru datang dokter spesialis anak dokter Susanti," ujar Tiarma, seraya menangis.
Tiarma dan suaminya menilai dokter itu tidak serius menangani anaknya karena terlambat memeriksa kondisi Maria.
Puncaknya, kata Tiarma, pada Kamis (5/11/2015), penyakit putrinya semakin gawat dan tubuh putrinya membiru.
Namun, dokter Susanti yang menangani balita itu tak kunjung datang. Tiarma dan suaminya sudah bolak-balik mendesak perawat RSVI untuk menghubungi dokter.
Pada Kamis siang sekitar pukul 14.00 WIB, akhirnya dokter datang. Sayangnya, tak lama kemudian, Maria mengembuskan nafas terakhirnya begitu dokter meninggalkan balita itu.
Tiarma sangat kecewa dengan cara penanganan dokter yang dinilainya sangat lambat.
"Di mana kau boru (putri), udah di surganya kau boru," teriaknya dengan berurai air mata.
Sementara di tempat terpisah, dokter Susanti, yang menangani Maria, membantah tidak serius menangani pasiennya.