Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencarian Korban Dihentikan, 9 Orang "Gurandil" Masih Terkubur Longsor

Kompas.com - 29/10/2015, 22:57 WIB
Kontributor Bogor, Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com — Setelah jasad tiga petambang ilegal yang tewas tertimbun di Lubang Kunti dalam area tambang emas milik PT Aneka Tambang (Persero) di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, ditemukan, tim evakuasi masih berusaha mencari korban yang belum ditemukan hingga Kamis (29/10/2015) sore.

Tim SAR gabungan dan relawan mendapatkan kesulitan untuk mengeluarkan sembilan orang yang masih terjebak di dalam lubang tambang, meskipun posisi para korban sudah diketahui.

Dengan pertimbangan yang matang, tim evakuasi yang dipimpin Kapolres Bogor memutuskan menghentikan seluruh proses evakuasi.

Keputusan mengejutkan itu diambil setelah tim evakuasi gabungan, relawan warga, dan pihak keluarga korban setuju untuk menghentikan pencarian dengan memperhitungkan kondisi di lapangan.

Sempitnya lubang, ventilasi udara yang buruk, dan bau menyengat yang berasal dari jasad korban di dalam lubang membuat anggota tim tak mampu lagi melakukan pencarian.

"Pintu lubang hanya berukuran 50 sentimeter. Ditambah terjadi longsor susulan siang tadi membuat tim tak bisa lagi menembus lubang," papar Kapolres Bogor AKBP Suyudi Ario Seto.

Suyudi menambahkan, para relawan dari masyarakat yang ikut membantu pencarian juga tidak sanggup lagi mencari sisa korban di dalam lubang.

Kondisi gelap di dalam lubang, bau menyengat, kurangnya oksigen, sampai tanah yang sewaktu-waktu bisa longsor kembali membuat proses pencarian terpaksa dihentikan.

"Faktor keselamatan para tim evakuasi menjadi hal terpenting. Jangan sampai mereka justru mengalami musibah saat melakukan pencarian korban," katanya.

Suyudi melanjutkan, pihak keluarga korban telah menyatakan ikhlas dan menyetujui pencarian dihentikan.

Keluarga korban, kata Suyudi, memahami keputusan tersebut dan sepakat membuat surat pernyataan.

Entis (28), salah satu kerabat korban, mengaku pasrah dan mengikhlaskan kejadian itu. Ia percaya bahwa tim evakuasi telah melakukan dengan maksimal.

"Saya tidak ingin proses evakuasi terhadap adik ipar saya justru menimbulkan lebih banyak korban jiwa," tutur Entis.

"Kami sekeluarga hanya bisa berdoa, semoga amal beliau diterima dan dihapuskan seluruh dosanya," ucapnya dengan nada lirih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com