Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Jangan Ada Lagi Stigma Maluku adalah Daerah Konflik"

Kompas.com - 07/10/2015, 10:44 WIB
Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com - Gubernur Maluku Said Assagaff menyebutkan, Provinsi Maluku kini telah menjadi laboratorium perdamaian di Indonesia, bahkan dunia. Sehingga, sudah tak tepat lagi mengidentikkan Maluku sebagai daerah konflik.

“Jangan ada lagi stigma Maluku adalah daerah konflik. Karena Maluku saat ini telah menjadi laboratorium perdamaian terbaik di Indonesia bahkan dunia,” kata Said, Rabu (7/10/2015).

Said mengungkapkan, tak hanya di Indonesia, banyak orang dari berbagai belahan dunia juga kagum dengan harmonisasi dan keberagaman di Maluku yang sangat kental dengan nilai-nilai persaudaraan.

“Itu karena kita bisa bangkit dari keterpurukan, dan itu karena kita memiliki modal sosial kultural yang kuat sebagai orang bersaudara,” kata Said.

Sebelumnya saat menyampaikan sambutannya dalam acara pembukaan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) tingkat Nasional ke-11 di Stadion Mandala Karang Panjang Ambon, Selasa malam, Said juga menyatakan, Maluku adalah laboratorium perdamaian terbaik di Indonesia.

“Maluku bukan lagi daerah konflik atau laboratorium konflik tapi Maluku telah bertransformasi menjadi laboratorium perdamaian terbaik di Indonesia,” ungkap dia.

Dalam kesempatan itu, Said mengungkapkan, kebersamaan dan persaudaraan sejati yang selama ini terjalin dilandasi dengan prinsip hidup orang basudara yang tercermin dalam ungkapan, “Ale Rasa Beta Rasa, Potong di Kuku Rasa di Daging dan Sagu Salempeng Dipata Dua".

“Persaudaraan sudah menjadi habitus kami orang Maluku, itu dapat dilihat dari modal sosial kultural di Maluku seperti budaya pela gandong, larvul ngabal, ai ni ain, kalwedo dan tiga batu tungku,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com