Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Kesembuhan Sang Putri, Seorang Ibu Sumbang Hatinya

Kompas.com - 01/10/2015, 14:55 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Perumpamaan surga berada di telapak kaki ibu tecermin dalam diri Dwi Purwanti. Perempuan ini rela menyumbang hati bagi putri keduanya yang menderita atresia bilier (kelainan hati).

Adelia Dwi Cahyo, anak kedua pasangan Cahyo Kustaman dan Dwi Purwanti yang baru berusia satu tahun, diketahui menderita atresia bilier. Untuk menyembuhkan kelainan itu, pencangkokan hati harus dilakukan agar Adelia bisa hidup normal.

"Kami menerima pasien atas nama Adelia Dwi Cahyo, umur satu tahun. Dia putri pasangan Pak Cahyo Kustaman dan ibu Dwi Purwanti," kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Trisno Heru Nugroho, saat ditemui Kompas.com, Kamis (1/10/2015).

Dari perkembangan pemeriksaan, Adelia Dwi Cahyo diketahui menderita atresia bilier. Kondisi ini merupakan kelainan bawaan sejak lahir yang membuat hati tidak mendapatkan aliran darah. Satu-satunya solusi untuk memperbaiki kelainan ini memang hanya pencangkokan hati.

Sejak Adelia diketahui memiliki kelainan atresia bilier, Trisno mengatakan, pihak rumah sakit dan keluarga berusaha mencari donor. Namun, hasilnya tidak ditemukan donor hati yang cocok untuk Adelia.

"Ya, sulit karena donor harus cocok secara signifikan dengan penerima donor. Tidak bisa asal mau lalu dicangkokkan," papar Trisno.

Menurut Trisno, dari hasil pemeriksaan ternyata hati milik Dwi cocok untuk disumbangkan. Seusai mendapat hasil pemeriksaan itu, tim dokter memberitahukan hal tersebut kepada Dwi Purwanti. Mendengar penjelasan dokter itu, kata Trisno, tanpa banyak bertanya, Dwi Purwanti menyanggupi untuk menyumbang hatinya untuk sang buah hati.

"Ternyata ibunya cocok untuk menjadi donor bagi anaknya. Ibu Dwi Purwanti juga merelakan hatinya diambil sebagian demi masa depan putrinya," ujar Trisno.

Trisno menuturkan, operasi pencangkokan akan dilakukan pada 9 November 2015 mendatang di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Sebanyak dua tim dokter akan menangani proses pencangkokan ini, yaitu dari RSUP Dr Sardjito dan tim khusus cangkok hati dari Kyoto, Jepang.

Di Jepang, lanjut Trisno, operasi pencangkokan hati memang sering dilakukan dan tim dokter RSUP Dr Sardjito pun pernah berguru di Negeri Matahari Terbit itu. Dalam operasi cangkok hati untuk Adelia, tim dokter dari Kyoto akan dilibatkan.

Trisno mengaku biaya operasi cangkok hati tidak murah dan diperkirakan mencapai miliaran rupiah. "Estimasi biayanya bisa mencapai sekitar Rp 1,3 miliar. Memang tidak murah," ujarnya.

Meski biayanya sangat mahal, Heru menegaskan, operasi pencangkokan tetap akan dilakukan. Keputusan ini diambil demi menyelamatkan masa depan seorang anak. "Sudah diputuskan operasi tetap akan dilakukan 9 November. Soal biaya, bisa kita cari solusinya, yang terpenting menyelamatkan masa depan anak dulu," katanya.

Trisno berharap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bisa meringankan beban biaya operasi. Kalau ada yang ingin membantu, pihak rumah sakit membuka pintu lebar-lebar. "Harapan saya, BPJS bisa membantu, kalau ada yang ingin membantu juga terima kasih," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com